Senin 05 Aug 2013 19:28 WIB

Tunisia Umumkan Rencana Pembunuhan Politisi

Rep: Ichsan Emrald/ Red: Heri Ruslan
Bendera Tunisia
Bendera Tunisia

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Polisi Tunisia mengatakan pasukan mereka telah menembak seorang tersangka dan empat orang yang mereka sebut sebagai teroris.

Langkah ini dilakukan untuk menggagalkan pembunuhan politik yang telah menyebabkan negeri itu terjerumus dalam krisis.

Dikutip dari Al Jazirah, pengumuman tersebut bersamaan dengan upaya protes dan perlawanan oposisi melawan pemerintah koalisi kelompok Islam.

Oposisi menuntut pengunduran diri kabinet dan pembubaran Majelis Konstituante Nasional. Sebelumnya anggota Parlemen dari kelompok oposisi, Mohamed Brahmi tewas dibunuh, seperti awalnya tokoh anti pemerintah Chokri Belaid juga dibunuh pada Februari 2013.Ahad kemarin, Kantor Berita TAP melaporkan Perdana Menteri Ali Larayedh mengumumkan penangkapan pertama kasus Belaid.

 

Ia juga menyerukan agar para pejuang bersenjata yang berada di perbatasan Aljazair untuk menyerah. '' Serahkan diri anda ke polisi, kemudian polisi dan masyarakat akan memutuskannya,'' ucap dia dikutip dari TAP, Ahad (4/8).

Kementerian Dalam Negeri, sementara itu, menyatakan serangan fajar yang dilakukan polisi menargetkan kelompok teroris yang bersembunyi di Sousse, 140 kilometer selatan dari Tunis.

Ahad malam, Kementerian juga menyebutkan polisi telah menganggalkan rencana pembunuhan seorang tokoh politik. Dalam penyergapan Ahad malam, polisi telah menangkap dua teroris berikut senjata dan granat.

Akan tetapi sayangnya dalam baku tembak dengan teroris tersebut, tersangka ketiga telah melarikan diri.Operasi pasukan keamanan dilakukan ketika Partai Ennahda, kelompok Islam moderat yang memenangkan pemilu 2011 berusaha mempertahankan pemerintahan.

Tunisia sendiri dianggap menjadi model awal demokrasi Musim Semi Arab, meski saat ini menghadapi krisis pemerintahan. Hal ini terjadi setelah pembunuhan beberapa politisi anti Pemerintah.Pihak oposisi menuduh Ennahda terhubung dengan gerakan ekstrimisme atau mentolerir serangan militan tersebut.

Ennahda menyangkal hal itu dan mengecam serangan kepada Brahmi sebagai aksi terorisme.Demonstrasi sendiri masih terus terjadi, dimana Ahad kemarin, kelompok anti-pemerintah berkumpul di Alun-Alun Bardo, Tunis.

Mereka meneriakkan slogan melawan Ennahda dan mengatakan bahwa suara mereka adalah suara rakyat.Kelompok ini juga menuduh Ennahda membiayai demonstras pro pemerintah, dengan menyewakan bus dan menyediakan makanan.

Demonstrasi pro-Pemerintah diikuti 150 ribu orang di Alun-Alun Kasbah, Sabtu pekan lalu.Oposisi merencanakan aksi besar-besaran, Rabu pekan ini, yang menandai enam bulan terbunuhnya Belaid.

''Dengan kerumunan besar kami mengatakan mampu menggoyang pemerintah,'' kata pengunjuk rasa anti pemerintah, Amal, dikutip dari Reuters, ahad (4/8).

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement