REPUBLIKA.CO.ID, KOTABATO -- Dua bom pinggir jalan meledak di Filipina selatan pada Rabu (7/8), salah satunya melukai tujuh tentara, dalam serangan terkini terhadap wilayah bergolak itu, kata polisi.
Pengeboman itu terjadi hanya dua hari setelah ledakan kuat menewaskan delapan orang di kota berpenduduk campuran Muslim-Kristen di Kotabato pada Senin. "Prajurit itu baru saja meninggalkan detasemen mereka ketika mereka menabrak bom pinggir jalan," kata Komisaris senior Rodelio Jocson, seorang kepala polisi setempat. "Mereka menderita luka ringan dan dibawa ke rumah sakit," katanya, seperti dilansir dari AFP.
Dia mengatakan bom itu ditanam di sepanjang jalan di kota terpencil Shariff Saydona Mustapha, daerah sebagian besar berpopulasi umat Islam di pulau selatan Mindanao. Beberapa jam sebelumnya, tepat sebelum fajar, bom meledak di kota Midsayap, juga di Mindanao, meskipun tidak ada yang terluka.
Juru bicara militer regiona, Letnan Kolonel Dickson Hermoso, mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi apakah bom Rabu berkaitan dengan perkembangan di daerah setempat. Namun insiden terbaru itu terjadi hanya kurang dari 45 kilometer dari kota dagang utama Kotabato, tempat serangan bom pada Senin terjadi.
Polisi mengatakan serangan bom Kotabato mungkin telah dikaitkan dengan perkembangan politik lokal yang tampaknya menargetkan adik wali kota, yang merupakan salah satu yang terluka.
Presiden Benigno Aquino, bagaimanapun, Selasa mengatakan bahwa serangan itu mungkin dilakukan oleh kelompok yang menentang pembicaraan damai pemerintahannya dengan kelompok pemberontak utama Mindanao, Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Pada 26 Juli, bom lain juga meledak di sebuah bistro di pelabuhan Mindanao, Kota Cagayan de Oro, menyebabkan enam orang tewas dan banyak terluka.