Kamis 08 Aug 2013 15:40 WIB

Ziarah ke Makam Arafat, Abbas Tegaskan Sikap Soal Yerusalem

Rep: Stevy Maradona/ Red: Karta Raharja Ucu
Mahmoud Abbas
Foto: AP/Majdi Mohammed
Mahmoud Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Presiden Palestina, Mahmud Abbas mengatakan, pembicaraan antara Pemerintah Palestina dan Israel harus menghasilkan sesuatu yang konkrit.

Pembicaraan yang akan berlangsung dalam waktu dekat itu, kata Abbas, harus menguntungkan bagi para pengungsi dan warga Palestina. Terutama soal ibu kota, Abbas bersikeras kalau warga Palestina tidak akan menanggalkan hak legitimasi atas lahan, dan atas posisi Yerusalem sebagai ibu kota negara.

Hal ini dikatakan Abbas usai berziarah ke makam pendiri PLO dan mantan presiden Palestina, Yasser Arafat, pascaperayaan Idul Fitri, Kamis (8/8). Abbas menyambut baik Idul Fitri tahun ini karena menjadi momentum bagi para warga Palestina yang ditahan semena-mena oleh Israel.

Pemerintah Israel sudah berjanji untuk membebaskan tahanan-tahanan Palestina yang kini mendekam di penjara. "Insya Allah pembebasan mereka akan terjadi dalam waktu dekat dan diikuti perkembangan baik lainnya. Pemerintah Palestina berupaya keras untuk pembebasan ini, bukan cuma pada yang dibebaskan kali ini tapi juga seluruh warga Palestina yang masih dipenjara Israel," kata Abbas, Kamis.

Ia kemudian berharap dan berjanji di depan warga yang menemaninya ke pemakaman Arafat. Semoga tahun depan perayaan Idul Fitri Palestina sudah merdeka dari penjajahan Israel, menjadi negara berdaulat, dan Kota Suci Yerusalem sudah jadi ibu kotanya. Perihal perpecahan kubu politik, Abbas mengatakan semoga hal itu tidak berkelanjutan dan semua elemen Palestina bisa bersatu berjuang.

Pemerintah Palestina di Tepi Barat dan Fatah beberapa bulan lalu sudah bertemu di Doha dan Kairo. Dalam dua pertemuan itu, kedua faksi sepakat untuk mengedepankan persatuan gerakan menentang penjajahan Israel. Salah satu putusan penting pertemuan itu adalah mengadakan pemilu secepatnya.

"Perpecahan ini sebetulnya memalukan bagi warga Palestina. Padahal kita harusnya bersatu secara nasional, rekonsiliasi dengan komprehensif," kata Abbas lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement