Jumat 09 Aug 2013 19:45 WIB

Dikritik Soal Kebijakan Rasis, Politisi Malaysia Balas Menyerang

Rep: Stevy Maradona/ Red: Fernan Rahadi
Bendera Malaysia
Foto: 360celsius.com
Bendera Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, PUTERAJAYA -- Sejumlah politisi UMNO membela kebijakan berbasis rasis yang diterapkan pemerintah Perdana Menteri Najib Razak. Menurut mereka, saat ini etnis Melayu masih butuh bantuan agar dapat berada di level yang sama dengan etnis Cina.

"Pemerintah sudah di jalur yang tepat menerapkan kebijakan berbasis ras ini," kata Datuk Seri Noh Omar, anggota Dewan Mahkamah UMNO. "Ini karena etnis Melayu di Malaysia masih tertinggal di banding etnis lainnya," sambung dia seperti dikutip dari The Malaysian Insider, Jumat (9/8).

Noh Umar lalu memberi contoh kerusuhan berbau etnis yang melanda Malaysia pada 1969. Ketika itu etnis Melayu menyerang etnis Cina.

Menurut Noh Umar, kerusuhan etnis tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi kedua etnis. Etnis Cina lebih maju daripada etnis Melayu.

Karena itu, kata dia, untuk menghindari kerusuhan serupa maka etnis Melayu harus mendapat peran lebih besar dari etnis Cina. "Harus dibantu untuk berkompetisi lebih jauh lagi sehingga tercipta keseimbangan," kata mantan menteri pertanian Malaysia ini.

Pernyataan Noh Umar ini menimpali tulisan dari mantan perdana menteri Singapura, Lee Kuan Yew yang berjudul One Man's View of the World. Dalam salah satu tulisannya, orang kuat Singapura itu mengatakan kebijakan etnis Putrajaya (ibu kota Malaysia) berdampak buruk bagi negara itu sendiri.

"Malaysia akan menyesal kehilangan talenta-talenta lainnya (etnis non Melayu) demi mempertahankan dominasi satu ras saja," kata Yew.

Sebaliknya, kata Yew, Singapura lah yang justru beruntung dari kebijakan Malaysia. Karena dengan demikian etnis Cina Malaysia banyak yang pindah warga negara ke Singapura. "40 persen dari imigran di Singapura datang dari Malaysia," kata Yew.

Dalam bukunya Yew juga menulis selama 10 tahun terakhir proporsi etnis Cina Malaysia dan India terhadap populasi total Malaysia menyusut dramatis. Ia membandingkan data terkini dengan data tahun 1970-an. "Pada 1970, dari total penduduk Malaysia ada 35,6 persen etnis Cina.

Pada sensus 2010 mereka tinggal 24,6 persen. Dalam periode yang sama, etnis India juga menyusut dari 10,8 persen menjadi 7,3 persen," kata YEw.

Lebih lanjut menanggapi tulisan Yew ini, Noh Umar menegaskan situasi politik dan ekonomi di Singapura berbeda dengan Malaysia. Dengan demikian butuh kebijakan yang berbeda pula.

Sementara politisi UMNO lainnya, Datuk Othman Aziz, mengatakan kebijakan berbasis ras di Malaysia adalah semata untuk menyeimbangkan keahlian dari etnis lain.

Pemerintah Malaysia sudah membentuk TalentCorp pada 2011 untuk membujuk kembali 700 ribu warga Malaysia yang potensial yang kini menjadi warga negara asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement