REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Zimbabwe yang disebut-sebut pendukung program nuklir Iran disinyalir secara rahasia mengadakan kesepakatan dengan negri Para Mullah itu. Isinya, Zimbabwe bersedia menjadi pemasok uranium ke Iran.
Hal itu dipaparkan salah satu surat kabar Inggris, The Times of London yang terbit Sabtu (10/8) kemarin. Klaim itu berdalil dari pemimpin oposisi Zimbabwe yang juga sebagai wakil menteri pertambangan dinegri itu, Gift Chimanikire.
Dalam satu pernyataannya, Chimanikire mengatakan bahwa negaranya sebenarnya telah memulai sebuah kerjasama dalam bidang pengiriman uranium. "Nota kesepahaman dwipihak ekspor uranium itu ditandatangani pada tahun lalu, namun belum dilaporkan," ujar Chimanikire seperti ditulis dalam surat kabar tersebut, seperti dilansir dari AFP, Ahad (11/8).
Selain pernyataan Chimanikire, sikap mantan presiden Zimbabwe Robert Mugabe yang pada 2010 silam pernah mendukung penuh program nuklir Iran juga dijadikan alasan. Secara terbuka, Mugabe pernah menyatakan dukungannya bagi Ahmadinejad dalam pengayaan uranium dan program nuklir di Iran.
Namun pengamat Internasional masih belum meyakini soal impor uranium tersebut. Mereka masih mempertanyakan apakah Iran pernah menerima kiriman uranium dari Zimbabwe. Selain belum adanya bukti pengiriman uranium dari Afrika ke Timur Tengah, ketersediaan uranium di Zimbabwe masih diragukan untuk bisa memasok ke Iran.
Jika apa yang diklaim surat kabar Inggris tersebut benar, tentu hal ini sudah melanggar peraturan PBB. Kedua negara bisa dikenakan sanksi baru, selain sanksi yang pernah dijatuhkan PBB dahulunya. Iran terkena sanksi karena program nuklirnya. Sementara Zimbabwe karena Rezim Mantan Presiden Mugabe yang pernah mendapatkan sanksi HAM karena dinilai otoriter.