REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Satu orang meninggal di Kairo ketika bentrokan-bentrokan pecah antara pendukung dan penentang presiden terguling Muhammad Mursi, Selasa (!3/8). Sedikitnya 10 orang juga menderita cedera dalam kekerasan di kawasan Giza, Kairo.
Satu pawai pro Mursi yang berlangsung dari Alun-alun Nahda, satu di antara dua lokasi protes duduk yang dilakukan pendukung Mursi, ke Jalan Faisal di Giza tempat warga sekitar melempari para pengunjuk rasa dengan batu-batu.
Bentrokan-bentrokan dengan cepat tak terelakkan dan dua kubu yang berlawanan menggunakan senjata untuk menembak burung, kata petugas keamanan, sementara warga sekitar Giza merusak bagian depan satu toko serba ada milik pendukung Mursi.
Sebelumnya di satu kawasan lain dari Kairo, polisi menembakkan gas air mata untuk memecah bentrokan-bentrokan yang terjadi antara pendukung Mursi dan warga.
Puluhan ahli agama yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, organisasi asal Mursi telah memasuki Kementerian Amal Keamanan dan diperintahkan ke luar oleh polisi, kata seorang petugas keamanan. Kekerasan itu terjadi setelah berakhirnya ancaman dari pemerintah untuk mengosongkan kamp-kamp protes para pengikut Mursi.
Mursi, presiden pertama terpilih secara demokratis di Mesir, digulingkan oleh militer pada 3 Juli. Para pendukungnya menghendaki dia didudukkan kembali sebagai presiden.
Kebuntuan dengan pemerintahan sementara dukungan tentara telah memicu ketakutan internasional akan pertumpahan darah. Bentrokan-bentrokan antara pendukung dan penentang Mursi dan pasukan keamanan telah merenggut lebih 250 jiwa sejak akhir Juni.
Sejak kepolisian mengeluarkan peringatan paling akhir pekan lalu untuk mengakhiri protes-protes, pendukung Mursi telah berulang-ulang menyerukan aksi-aksi unjuk rasa baru.