REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Selasa (13/8) waktu setempat, mendesak pemerintah sementara Mesir dukungan militer untuk mengizinkan pendukung presiden terguling, Muhammad Mursi, melakukan aksi protes damai. Demonstrasi-demonstrasi terbaru yang berlangsung di Kairo, Mesir, merupakan salah satu bentuk kebebasan mengeluarkan pendapat.
Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Marie Harf, mengatakan Washington menganggap kebebasan untuk memprotes sebagai bagian penting dari proses demokrasi. Tetapi, AS prihatin dengan adanya laporan-laporan tentang kekerasan.
Bentrokan-bentrokan antara para demonstran pro dan anti-Mursi serta aparat keamanan telah menewaskan lebih dari 250 orang sejak akhir Juni. "Jelas, kita sedang menyaksikan situasi di lapangan sangat erat," kata Harf.
"Kami mendorong pemerintah sementara untuk memungkinkan orang-orang untuk menggelar protes,'' katanya. ''Itu adalah bagian penting dari gerakan maju ke arah proses demokrasi.''
Tapi, dia prihatin dengan adanya laporan-laporan mengenai kekerasan baru. Harf berbicara setelah pendukung Mursi mengadakan beberapa gelombang demonstrasi di kementerian luar Mesir.
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan bentrokan singkat yang meletus antara loyalis Mursi dan penduduk di salah satu lingkungan di Kairo.
"Saya tahu situasi yang berlangsung saat kita bicara sekarang,'' katanya. ''Tetapi, kami akan terus memantaunya dengan cermat."