REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan kelompok Liga Arab diminta untuk turun tangan mengatasi sengketa politik di Mesir. Tidak tuntasnya persoalan di negeri Piramida itu ditaksir akan membuka gelanggang pembantaian lebih besar dari yang selama ini terjadi.
Perdana Menteri Turki Reccep Tayyip Erdogan mengatakan situasi di Mesir lebih membutuhkan aksi ketimbang kecaman dan kutukan. Menurut dia, keheningan internasioanal berhasil membuat rezim dan militer di Mesir terlena dengan kesemena-menaan.
''Kita (internasional) harus bertindak bersama untuk menghentikan pembantaian ini,'' kata Erdogan, Rabu (14/8).
Pernyataan Erdogan ini adalah kesekian kali menanggapi situasi pascakudeta militer terhadap presiden Mesir Muhammad Mursi, Juli lalu. Raung buldozer serta kendaran lapis baja pasukan militer dan kepolisian menyisir kawasan Rabaa al-Adawiyah di Nasr City, Rabu (14/8) pagi waktu setempat.
Operasi militer kali ini adalah perintah rezim sementara untuk membubarkan aksi protes kelompok pendukung Mursi di pinggiran Ibu Kota Kairo. Massa pendukung presiden sokongan Ikhwanul Muslimin tersebut menguasai kawasan itu sejak penggulingan.
Bentrokan tidak terhindar setelah pasukan keamanan menerbangkan gas air mata ke kerumunan. Bentrokan semakin tajam setelah massa pendukung Mursi menjadi sasaran penembakan peluru tajam.Pemberitaan masih simpang siur tentang jumlah korban.
Namun, Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Muhammad el-Bethagi mengatakan, hampir 300 nyawa anti-kudeta melayang - termasuk putri el-Bethagi (Asmaa el-Bethagi, 17 tahun). Sedangkan lebih dari 12 ribu lainnya luka-luka.
''Peluru tajam menghujani kepala kami,'' kata el-Bethagi, Rabu (14/8).
Ahram melansir, perlawanan massa pendukung Mursi membuat korban berjatuhan. Pembubaran paksa juga terjadi di el-Nahda Squere. Di bangunan tinggi pinggiran Kota Kairo itu, BBC News mengatakan, satuan penembak jitu siap meghilangkan nyawa pendukung Mursi yang melawan.
Pemerintah punya versi lain tentang jumlah korban. Kementerian Dalam Negeri merilis jumlah korban hanya belasan. Itu pun dikatakan termasuk enam personel keamanan dan kepolisian.