REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pasukan keamanan Mesir menewaskan sedikitnya 30 orang saat membersihkan sebuah kamp demonstran pendukung presiden terguling Muhammad Mursi di Kairo, Rabu (14/8).
Pernyataan tersebut disampaikan Ikhwanul Muslimin. Tidak ada konfirmasi resmi langsung dari tewasnya pendukung Mursi di Rabaa al-Adawiya.
Para demonstran yang telah mendirikan kamp selama enam pekan di lokasi tersebut terbangun saat tentara melakukan penyerbuan dan helikopter polisi berputar-putar di sekitar lokasi.
Seorang saksi mengatakan ia melihat 15 mayat di sebuah rumah sakit lapangan di samping kamp. Sementara, buldoser meratakan tenda-tenda para pengunjuk rasa.
"Sangat mengerikan. Mereka menghancurkan tenda kami. kami tidak bisa bernapas di dalam dan banyak orang berada di rumah sakit," kata seorang koresponden Reuters, Murad Ahmed.
Sebelumnya, pasukan keamanan Ikhwanul Muslimin telah memposisikan karung pasir untuk mengantisipasi serangan polisi.
Kantor berita pemerintah mengatakan pasukan keamanan telah mulai menerapkan rencana bertahap untuk membubarkan para pengunjuk rasa. Tindakan itu, yang pasti makin memperdalam gejolak politik di Mesir.
Di sisi lain Kairo, asap membumbung tinggi dari tenda-tenda pengunjuk rasa Nahda setelah pasukan keamanan membubarkan demonstran.
Lebih dari 300 pendukung Mursi tewas dalam kekerasan politik sejak tentara menggulingkan Mursi pada 3 Juli. Puluhan pendukung Mursi dibunuh pasukan keamanan dalam dua insiden terpisah sebelumnya.
Mursi menjadi pemimpin pertama yang dipilih oleh rakyat Mesir pada Juni 2012, tetapi ia gagal mengatasi kelesuan ekonomi mendalam di Mesir. Banyak warga khawatir dengan usahanya untuk memperketat aturan Islam di Mesir.