REPUBLIKA.CO.ID,HONG KONG -- Hong Kong mulai memperhatikan industri makanan halal di negaranya. Salah satu buktinya adalah Universitas Hong Kong, Cina, yang mengumumkan rencananya membuka kantin yang menyajikan makanan halal.
Makanan yang nantinya dijual di out-outlet Hong Kong masih dalam proses sertifikasi halal. Wakil Rektor Universitas Hong Kong, Joseph Sung Jao-yiu mengatakan pada masa lalu, sebagian besar wisatawan ke Hong Kong berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Namun kini banyak wisatawan berasal dari Asia Tengah dan Timur Tengah sehingga bisnis makanan halal sangat cocok dilakoni.
Umat Muslim dilarang memakan daging babi, padahal daging tersebut adalah bahan utama masakan lokal Hong Kong. Kaum Muslim menemukan pilihan terbatas terhadap restoran makanan halal. Di Hong Kong, beberapa makanan yang diiklankan sebagai daging sapi sebenarnya mengandung daging babi, seperti bakso.
Salah seorang koki veteran Hong Kong menunjukkan, pencampuran daging babi ke dalam bakso sudah menjadi praktik umum. Koki yang enggan disebutkan namanya itu. mengatakan campuran daging babi ke dalam bakso adalah rahasia pedagang. Namun menurutnya kaum Muslim harus tahu sehingga mereka dapat menghindarinya.
Staf Keagamaan Diplomatik Pakistan juga menyebutkan perlunya tempat yang menyajikan makanan halal. Di negara-negara Barat sekarang banyak restoran menyajikan makanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang berbeda agama. Fakta bahwa Hong Kong akhirnya mulai memperhatikan aspek layanan makanan halal merupakan indikasi semakin pentingnya wisatawan dari negara-negara Islam.