Kamis 15 Aug 2013 14:06 WIB

AS Berencana Bekukan Bantuan Militer ke Mesir

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Militer Mesir
Foto: AP/Hassan Ammar
Militer Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSETTS -- Kutukan internasional atas tragedi di Mesir membuka kemungkinan untuk mengisolasi kebijakan pemerintah dan militer di negara tersebut. 

Amerika Serikat (AS) mengambil langkah ''terpahit'' dengan rencana menghentikan kerjasama militer dua negara.Langkah itu adalah sikap ''diplomasi mendidih'' yang direncanakan Paman Sam. 

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, John Kerry sudah mengatakan negaranya satu gerbong dengan komunitas internasional menanggapi kebiadaban militer di Negeri Piramida itu. 

''Tragedi kali ini benar-benar menyentuh hati kita semua. Menyedihkan,'' kata dia, seperti dilansir New York Times, Kamis (15/8).

Kerry menambahkan, membuldozer kerumunan massa pendukung Presiden Terpilih Mesir Muhammad Mursi adalah prilaku abnormal sebuh rezim. Pernyataan tersebut, dinilai ungkapan terkeras dari AS pascakudeta militer Panglima Militer Mesir Jenderal Abdul Fattah el-Sisi, Juli lalu.

Namun, Kerry belum memberikan keputusan apapun langkah kebijakan pascatragedi yang menewaskan ratusan pendukung Mursi, Rabu (14/8) kemarin itu. Kerry mengatakan, masih menunggu Presiden AS Barrack Obama yang sedang berlibur musim panas di Martha Vineyard, Edgartown, Massachusetts, AS. 

Namun dirinya memastikan, ''majikannya'' itu senada dengan ungkapannya tersebut. Kerry mengungkapkan, konsolidasi lintas negara telah membawa pemahaman bersama. Tokoh anti-perang ini melobi via telepon pejabat Uni Eropa, Liga Arab (termasuk Turki) untuk membicarakan keadaan.

Klarifikasi situasi juga dia lakukan terhadap rezim sementara di Ibu Kota Kairo. Kerry memberi kabar dari Menteri Luar Negeri interim Mesir Nabil Fahmy tentang tidak adanya jaminan perbaikan situasi keamanan di Mesir, meskipun Kerry meminta secara langsung untuk tidak menggunakan militer dalam membungkam perlawanan konstitusional dari kelompok Ikhwanul Muslimin.

Tidak ada jaminan dari Fahmy menurut New York Times menjadi alasan kuat bagi Gedung Putih membanting pintu bantuan militer AS pascakudeta el-Sisi. 

Juru Bicara Bidang Luar Negeri Gedung Putih Josh Earnest mengungkapkan, kengerian di Mesir membawa krisis diplomatik dan krisis kepercayaan Gedung Putih terhadap rezim sementara dan militer di Mesir. ''Kami akan terus meninjau proporsi kami (AS) terkait bantuan untuk Mesir,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement