Kamis 15 Aug 2013 14:53 WIB

Kronologi Tragedi Berdarah Mesir

 Demonstran yang mengalami luka dilarikan ke rumah sakit darurat di dekat Masjid Rabaa Adawiya, Cairo, Mesir, Rabu (14/8).
Foto: EPA/Mosaab Elshamy
Demonstran yang mengalami luka dilarikan ke rumah sakit darurat di dekat Masjid Rabaa Adawiya, Cairo, Mesir, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Suasana di Mesir, Kamis (15/8), masih dalam keadaan gawat setelah pasukan keamanan menyerbu kemah para pemrotes di Kairo yang mendukung presiden terguling, Muhammad Mursi, dalam serangan berdarah di seluruh penjuru negeri yang disebut menelan korban jiwa 278 orang.

Serangan berdarah itu dimulai pada Rabu (14/8) ketika matahari baru saja terbit dari ufuk timur. Pasukan keamanan mengepung bundaran Rabaa Al Adawiya, Kairo, yang menjadi titik konsentrasi demonstran pendukung Mursi.

Para saksi mata mengatakan kepada koresponden AFP bahwa mereka melihat pasukan keamanan Mesir menembakkan gas air mata sebelum menyerbu bundaran Rabaa Al Adawiya.

Setelah penembakan gas air mata itu, pasukan keamanan dilaporkan langsung merangsek masuk Rabaa Al Adadiya sehingga menimbulkan kepanikan di kalangan ribuan demonstran yang membangun kamp segera setelah Mursi digulingkan militer pada 3 Juli.

Pria-pria yang mengenakan masker gas, merebut kaleng gas air mata dan mencelupkannya ke peti kemas air. Sementara di panggung utama dekat masjid kamp itu, para demonstran memekikkan "Allahuakbar".

Bentrokan segera meletus antara para pemrotes dan pasukan keamanan di satu sisi kamp itu. Suara tembakan senjata otomatis terdengar di taman itu. Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan itu.

Gambar televisi menunjukkan mereka yang cedera dibawa ke satu pusat medis. Sementara, polisi menarik paksa para pemrotes yang menolak sejumlah ultimatum pemerintah untuk menghentikan demonstrasi-demonstrasi mereka.

Para pemimpin demonstrasi yang mengenakan masker gas berdiri di satu panggung. Sementara, kelompok orang yang mengenakan pelindung muka berdiri menghadapi gas air mata saat buldoser-buldoser merobohkan kamp itu.

Polisi melarang wartawan masuk ke kamp itu. Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan sekitar dua jam operasi itu, pasukan keamanan telah menguasai sepenuhnya Taman Al Nahda yang menjadi salah satu titik konsentrasi pendukung Mursi.

''Pasukan polisi berhasil merobohkan sebagian besar tenda-tenda di taman itu," kata kementerian itu.

Seorang perwira keamanan mengemukakan kepada AFP bahwa puluhan pendukung Mursi ditahan. Gambar televisi menunjukkan para pemrotes yang ditangkap itu duduk di lapangan dengan tangan diborgol dan dijaga pasukan keamanan.

Para keluarga bersama dengan anak-anak mereka yang membawa tas-tas plastik terlihat dikawal polisi keluar dari taman itu.

Segera setelah polisi melancarkan tindakan itu, para pendukung Mursi yang marah dengan tindakan brutal militer itu memblokade beberapa jalan ibu kota itu. Mereka membakar ban-ban mobil hingga menimbulkan asap hitam di atas lokasi itu.

Pemerintah Mesir lewat Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri mengklaim korban tewas mencapai 278 orang. Tapi, Ikhwanul Muslimin menyatakan serangan berdarah pihak militer Mesir telah merenggut 2.200 korban meninggal dan 10.000 korban luka-luka.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement