REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel berusaha untuk membuat citra baik negaranya di luar negeri dengan berbagai cara. Salah satunya dilakukan dengan menyediakan beasiswa bagi ribuan mahasiswa di tujuh universitas. Syaratnya, mereka mengunggah ke Facebook atau berkicau di Twitter mengenai propaganda pro-Israel.
Mahasiswa yang membuat propaganda tidak akan diungkapkan secara online bahwa mereka didanai pemerintah Israel. Rencana tersebut diungkap surat kabar Haaretz. Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi rencana tersebut.
Program akan diluncurkan dengan tujuan memperkuat diplomasi Israel. Keterlibatan pemerintah tidak akan terlihat bagi warga asing. Otoritas yang merencanakan program itu, Daniel Seaman mengatakan ide tersebut tidak akan membuat peran negara menonjol. Karena itu, program melibatkan mahasiswa tanpa hubungan politik atau afiliasi.
Menurut rencana, mahasiswa akan diorganisasi menjadi unit-unit di setiap universitas dengan kepala koordinator yang menerima beasiswa penuh. Bahasan yang diunggah ke media sosial tersebut terkait dengan isu-isu politik dan kemananan. Mereka harus memerangi boikot Israel dan melawan pertanyaan legitimasi Israel.Mahasiswa akan menekankan nilai-nilai demokrasi, kebebasan beragama, dan pluralisme Israel.
Mantan Direktur Jenderal di Kementrian Luar Negeri Israel, Alon Liel mengkritik rencana tersebut sebagai ide yang menjijikkan. "Mahasiswa harus dididik untuk berpikir bebas. Ketika anda membeli pikiran seorang mahasiswa, dia menjadi boneka dari beasiswa pemerintah Israel, " ujarnya dikutip The Independent.