Jumat 16 Aug 2013 17:12 WIB

Warga Lampung Gelar Aksi Peduli Mesir

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Mansyur Faqih
Pasukan militer Mesir melemparkan gas air mata ke arah pendukung Presiden Mursi di Kairo, Rabu (14/8).
Foto: AP
Pasukan militer Mesir melemparkan gas air mata ke arah pendukung Presiden Mursi di Kairo, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Krisis yang melanda Mesir menggugah warga kota Bandar Lampung. Sejumlah warga mewujudkan aksi peduli dan keprihatinan dengan berorasi dan shalat ghaib di Masjid Taqwa dan Tugu Adipura, Bandar Lampung, Jumat (16/8).

Dalam keterangan persnya, humas PW KAMMI Lampung Mubaroq Dinata menjelaskan, masyarakat yang tergabung dalam Forum Demokrasi dan HAM mengadakan aksi peduli Mesir. Dimulai setelah shalat Jumat pukul 13.30 Wib dari Masjid Taqwa Tanjungkarang dan berlabuh di Tugu Adipura.

"Selain orasi oleh para tokoh Lampung, digelar pula shalat ghaib untuk rakyat Mesir yang meninggal dibantai oleh militer tersebut," katanya.

Warga yang datang menggunakan pakaian serba hitam. Aksi diikuti berbagai elemen dan komunitas. Seperti Club Motor Mercy, Club Mobil Timor, Vespa Antik Club Lampung, Komunitas Slank Lampung, Komunitas musik Antakasa, Salimah Lampung, KAMMI, HMI, PMII, Aliansi BEM Lampung,  FSLDK, IMM, Gerakan Perempuan Lampung, Komunitas Seni Lampung, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, GP Anshor, dan Dewan Dakwah Islam Indonesia Lampung.

Menurutnya, Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI. Banyak jasa yang telah Mesir berikan untuk bangsa Indonesia. Sehingga, konflik di Mesir bukan hanya masalah politik domestik Mesir saja. Tetapi telah menjadi masalah kemanusiaan dan pelanggaran HAM. 

Warga yang datang menuntut agar pemerintah ikut bertindak proaktif dalam usaha perdamaian di Mesir. Mereka juga mendesak presiden agar meminta OKI dan PBB untuk segera rapat menyelesaikan masalah Mesir. 

Mereka juga mendesak DK PBB agar menghentikan agresi militer terhadap rakyat Mesir. Kemudian, menarik duta besar Indonesia untuk Mesir, jika pemerintahan masih dikuasai oleh militer. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement