REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Selain menewaskan beberapa anggota keluarga anggota Ikhwanul Muslimin dalam protes Jumat (16/8), pemerintah Mesir yang dibantu militer juga menahan sejumlah tokoh setelah konflik yang menewaskan ratusan warga Mesir Sabtu (17/8).
Putra petinggi Ikhawanul Muslimin Mohamed Badie tewas di Kairo dalam konflik berdarah Jumat lalu. Ia bergabung di antara warga Mesir bersama Ikhwanul Muslimin melakukan protes atas tindakan represif pemerintah yang didukung militer.
Ammar Badie meninggal dunia setelah mengalami luka tembak di lapangan Ramses. Sementara keberadan Mohamed Badie sendiri masih belum diketahui hingga saat ini.
Mohamed Badie dituntut pemerintah Mesir atas tuduhan menjadi tokoh utama kerusahan di Mesir. Ia dihadapkan pada pengadilan yang akan diselenggarakan 25 Agustus mendatang.
Kematian putra Mohamed Badie terjadi menyusul pembunuhan atas putri politisi senior Ikhwanul Muslimin Mohamed el-Beltagi dalam protes pekan ini. Televisi Mesir juga melaporkan putra petinggi Ikhwanul Muslimin Hassan Malek, ditahan otoritas Mesir, Sabtu.
Polisi juga dikabarkan menahan anggota senior sayap politik Ikhwanul Muslimin, Partai Kebebesan dan Keadilan, Gamal Heshmat.
Pihak keamanan Mesir mengklaim telah menahan saudara pimpinan al-Qaeda, Ayman al-Zawahri. Pimpinan kelompok Jihadi Salafi, Mohammed al-Zawahri, sebelumnya telah ditahan di Giza.
Kelompok yang dipimpin Mohammed al-Zawahri dianggap sebagai kelompok garis keras yang bersifat rahasia. Namun, kelompok itu tak terlibat dalam kudeta 3 Juli terhadap Presiden Muhammad Mursi.
Muhammed al-Zawahri pernah bersekutu dengan pihak yang mengkudeta Presiden Mursi yang kini justru turun ke jalan memprotes kekerasan yang dilakukan pemerintah. Ia juga tercatat pernah mengkomandoi pemberontakan di Semenanjung Sinai.
Protes terhadap pemerintah Mesir terus berlanjut. Mereka masih menuntut Mursi dikembalikan ke posisinya sebagai Presiden Mesir yang sah hasil pemillihan langsung oleh rakyat.
Konflik masih terjadi hingga Sabtu pagi dekat sebuah masjid di pusat Kota Kairo. Ratusan pendukung Mursi, termasuk perempuan dan anak-anak, berada di dalamnya. Sementara militer berada di depan pintu utama masjid. Kekhawatiran akan ditahan pihak militer membuat pendukung Mursi bertahan di masjid.