Ahad 18 Aug 2013 07:25 WIB

Jimmy Carter Prihatin Kekerasan di Mesir

Jasad demonstran pendukung presiden terguling Mesir, Muhammad Mursi, diletakkan di lantai di rumah sakit darurat di dekat Masjid Rabaa Adawiya, Kairo, Rabu (14/8).
Foto: EPA/Mosaab Elshamy
Jasad demonstran pendukung presiden terguling Mesir, Muhammad Mursi, diletakkan di lantai di rumah sakit darurat di dekat Masjid Rabaa Adawiya, Kairo, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, Sabtu menyerukan ketenangan di Mesir. Dia memperingatkan meningkatnya kekerasan membahayakan harapan untuk rekonsiliasi di masa depan.

Lebih dari 750 orang tewas dalam empat hari kekerasan pekan ini setelah penumpasan berdarah di Kairo pada pendukung presiden terguling Muhammad Mursi.

Pertumpahan darah telah banyak dikecam oleh masyarakat internasional dan Carter mendesak pasukan keamanan Mesir untuk menahan diri.

"Saya sangat prihatin bahwa kekerasan yang sedang berlangsung di Mesir dengan cepat mengikis peluang untuk dialog dan jalan untuk rekonsiliasi, "kata Carter dalam sebuah pernyataan.

"Konfrontasi terakhir telah mengakibatkan ratusan kematian dan berbalik melawan satu sama lain hanya akan menyebabkan lebih banyak rasa sakit dan penderitaan," katanya.

Carter menyerukan pasukan keamanan Mesir untuk tetap dalam wajar keterbatasan dan menunjukkan rasa hormat mendasar terhadap hak asasi manusia.

Presiden AS, Barack Obama, telah menghadapi kecaman di Amerika Serikat untuk penanganannya pada krisis Mesir. Dia telah menahan diri memotong bantuan kepada militer Mesir.

Sebuah editorial Washington Post baru-baru ini mengatakan pemerintahan Obama telah terlibat dalam tindakan keras karena telah menunjukkan kepada para penguasa di Mesir bahwa peringatannya tidak kredibel.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement