Ahad 18 Aug 2013 16:19 WIB

Inggris Kembali Buka Kedutaan di Yaman

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Nidia Zuraya
Yaman
Foto: ceegaag.net
Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Setelah dua pekan ditutup, Kedutaan Besar Inggris di ibu Kota Yaman, Sanaa, kembali dibuka. Pembukaan itu dilakukan menyusul tidak terbuktinya analisis intelijen tentang ancaman serangan kelompok terorisme global, Alqaidah. BBC News melansir pembukaan kembali perwakilan Britania Raya itu saat , Ahad (18/8) waktu setempat.

Departemen Luar Negeri di London pun tidak memberikan syarat apapun terkait terbukanya kembali gerbang kedutaan.''Kami (Departemen Luar Negeri) menerima semua pengajuan perjalanan ke seluruh wilayah Yaman,'' demikian pernyataan resmi Deplu Inggrsi seperti dilansir BBC News, Ahad (18/8).

Duta Besar Inggris di Sanaa, Janes Marriot pun menandaskan ungkapan serupa.Marriot lewat akun jejaring sosial twitter menuliskan, situasi aman dan tanpa ancaman di Yaman. ''Kedutaan Besar Inggris di Yaman buka seperti biasa sejak Ahad (18/8). Kami mohon maaf atas penutupan beberapa hari lalu,'' tulis dia, seperti dilansir Reuters, Ahad (18/8).

Intelijen Amerika Serikat (AS) awal bulan lalu mengingatkan tentang ancamana teroris tingkat tinggi terhadap warga asing di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Terutama di Yaman. Intelijen AS menuding Kepala Alqaeda Ayman Zawahiri dan Nasser Wuhayshi sedang merencanakan serangan di negeri tersebut.Pemerintah Yaman menyambut laporan tersebut dengan melakukan kesiagaan militer tinggi.

Yaman memang menjadi salah satu negara dengan basis Alqaeda terbesar. Di Negara Arab termiskin itu, bercokol Alqaidah Semenanjung Arabiah atau AQAP. AQAP sering mengincar beberapa pejabat asing untuk perlawanannya terhadap Barat. Warga Paman Sam dan Uni Eropa (UE) adalah target utama penculikan. Tidak jarang serangan bunuh diri dialamtkan ke kantor-kantor perwakilan asing. AQAP dimasukkan kedalam jejaring faksi Usamah Bin Laden paling aktif di seluruh dunia.

Peringatan AS itu membuat internasional gugup. Washington mendesak agar semua warga AS mengevakuasi diri. Departemen Luar Negeri AS pun menarik semua staf diplomatiknya pada 6 Agustus lalu, menyusul endusan intelijen itu. Pejabat asing lainnya juga melakukan hal yang sama. Pemerintah Inggris terpaksa mengikuti negara kerabatnya.

Ancaman penculikan warga asing sempat terjadi di Sanaa. Namun tidak terbukti. Hingga sekarang, ancaman tersebut juga dinyatakan tidak terbukti. Sementara Inggris menjadi negara pertama yang kembali membuka kantor kedutaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement