REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Bustan al-Qasr menjadi wilayah terakhir tempat konflik terbuka antara pasukan pemerintah dan oposisi Suriah. Masyarakat dipaksa hidup dengan ketegangan dengan kondisi adanya sniper (penembak jitu) yang dikabarkan bahkan juga menembak anak-anak.
"Hari ini, sekitar tengah hari, saya merawat seseorang yang ditembak di bagian lengan.. dia anak kecil, biasanya begitu. Saya pikir para sniper itu membidik anak-anak, hanya anak-anak," ujar Sam, satu-satunya dokter yang merawat korban sniper di Bustan Al-Qasr seperti dilansir BBC, Senin (19/8).
Biasanya, Sam merawat sekitar 10 orang setiap hari. Tapi, khusus Jumat jumlahnya bisa meningkat. Jumat pekan lalu, korban sniper mencapai 30 orang.
Dikatakan, setiap orang memberikan reaksi berbeda ketika mendengar suara tembakan dari senapan sniper. Misalnya orang-orang yang berada di pasar yang menempelkan tubuh mereka ke dinding seakan-akan hal itu dapat menyelamatkan dirinya.
Namun, ada juga yang malah ke tengah jalan sebagai bentuk perlawanan. "Kadang, mereka hanya menembak di udara, untuk menakuti orang. Meski pun sering kali juga memang dimaksudkan untuk menembak seseorang.
"Suatu hari saya melewati jalan di pagi hari, ketika itu 15 orang telah meninggal di sana," ujar Sara, aktivis dan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Bustan Al-Qasr.
Petugas senior oposisi, Abu Yassin menunjukan gedung-gedung yang di atasnya terdapat sniper. Ia menunjuk ke gedung yang dimiliki pemerintah, apartemen, dan minimarket. "Ada 72 sniper yang membidik kita... dan mereka hanya menembak masyarakat sipil saja," paparnya.