Senin 19 Aug 2013 13:36 WIB

Ini Pembelaan Arab Saudi Terhadap Penguasa Mesir

Barisan jenazah para pengunjuk rasa yang tewas ditembak aparat militer diletakkan di masjid al-Fath dekat Ramses Square, Kairo, Mesir, Jumat (16/8).
Foto: EPA/AHMED Assadi
Barisan jenazah para pengunjuk rasa yang tewas ditembak aparat militer diletakkan di masjid al-Fath dekat Ramses Square, Kairo, Mesir, Jumat (16/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Arab Saudi, Ahad (18/8), memperingatkan Barat agar tidak menekan pemerintah dukungan militer di Mesir dalam menghentikan penindasan atas pendukung presiden terguling Muhammad Mursi.

"Kita takkan mencapai apa pun melalui ancaman," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Saud Al-Faisal, kepada wartawan melalui penerjemah selama kunjungan ke Paris.

Pangeran itu berbicara setelah bertemu dengan Presiden Prancis Francois Hollande, yang pada Kamis menyerukan segera diakhirinya keadaan darurat yang diberlakukan oleh militer di Mesir.

Menteri luar negeri Uni Eropa bertemu di Brussels pekan ini guna mengkaji langkah apa yang akan diambil setelah penindasan berdarah sejak Rabu (14/8) atas pendukung Mursi, yang digulingkan oleh militer pada 3 Juli. Lebih dari 800 orang telah tewas dalam kerusuhan di negeri piramida itu.

"Jika situasi mereda, (itu) sangat baik. Jika sebaliknya kerusuhan berlanjut, kita dapat dan kita barangkali harus melakukan tindakan," kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius kepada stasiun televisi France 2 pada Ahad.

Ia mengatakan penghentian bantuan akan sulit, sebab uang Uni Eropa memungkinkan "rakyat Mesir makan dan menerima perawatan medis". Namun, "pinjaman lebih mudah dihentikan", katanya.

Hollande dan menteri Arab Saudi itu menyerukan pemilihan umum baru di Mesir, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin. Militer Mesir sudah menjanjikan pemilihan dini presiden dalam rencana peralihan yang didirikannya setelah penggulingan Mursi.

Amerika Serikat dengan tajam mengeritik kerusuhan tersebut dan membatalkan pelatihan militer gabungan dengan sekutunya, yang telah dijadwalkan diadakan pada September. Namun Washington belum memutus 1,3 miliar bantuan militernya dan sebanyak 250 juta dolar dalam bantuan ekonomi buat Mesir.

Riyadh adalah sekutu erat mantan presiden Mesir Husni Mubarak, yang digulingkan oleh perlawanan rakyat pada 2011 dan mengantar Moursi, yang berasal dari Ikhwanul Muslimin, ke kursi kekuasaan.

Arab Saudi telah lama mengkhawatirkan penyebaran ideologi kelompok Ikhwanul Muslimin ke Kerajaan Arab di Teluk itu.

Pada Jumat (16/8), Raja Arab Saudi Abdullah menyeru negara Arab agar bersatu menentang "upaya untuk merusak kestabilan" Mesir, dalam pesan dukungan bagi militer Mesir dan serangan terhadap pengikut Ikhwanul Muslimin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement