Senin 19 Aug 2013 19:05 WIB

Militer Mesir, Dulu Perkasa Kini Biadab

Rep: Hannan Putra/ Red: Citra Listya Rini
Militer Mesir
Foto: AP/Hassan Ammar
Militer Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tercatat harum dalam sejarah, bagaimana gagahnya Militer Mesir menakhlukkan Israel pada Perang Yom Kippur, 6 Oktober 1973 silam. 

Kala itu, Israel yang coba-coba menduduki wilayah semenanjung Sinai kalang kabut diusir desingan peluru-peluru tentara Mesir. Bendera Israel dicabik-cabik dan diinjak-injak sepatu kotor tentara Mesir. Dunia Islam bersorak, mengelu-elukan Militer Mesir yang perkasa.

Kini, peluru-peluru dari tentara Mesir jadi salah arah. Dulu peluru-peluru tersebut yang mengusir preman-preman Yahudi dari Semenanjung Sinai. Kini, peluru itu malah membantai rakyatnya sendiri. 

Senjata dan peluru yang dibeli dari pajak rakyat kini membunuh rakyat sendiri. Seakan kebalikan dari slogan ABRI, "TNI dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat." Namun. bagi militer Mesir, "Peluru dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat."

Hidayat Nur Wahid membantah keras pernyataan militer Mesir yang mengatakan, "Kami tidak pernah menggunakan peluru untuk menghalau demonstran. Hanya gas air mata." 

Bagi Hidayat, pernyataan itu hanya akan mempermalukan yang punya lidah sendiri. "Gas air mata mana di dunia ini yang bisa menembus kepala?" tegasnya dalam orasi unjuk rasa damai solidaritas untuk Mesir, Senin (19/8) di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta.

Dunia Islam tak boleh diam. Demikian juga Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia. Atas nama solidaritas sesama muslim, atas nama kemanusiaan, dan atas nama demokrasi, seluruh dunia harus membuka mata dan mengecam.

Bagi Hidayat, jika kudeta Militer yang terjadi di Mesir di diamkan saja, maka akan menjadi tradisi dan ancaman bagi negara-negara Islam berikutnya. "Jika di Mesir dibiarkan akan menjadi tradisi buruk yang akan berkembang ke negara-negara lainnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement