Selasa 20 Aug 2013 07:00 WIB

PBB: 30 Ribu Warga Suriah Kabur ke Irak

Seorang wanita pengungsi Suriah bersama cucunya di sebuah kamp pengungsi di desa Azaz dekat perbatasan dengan Turki,Ahad (30/9).
Foto: Manu Brabo/AP
Seorang wanita pengungsi Suriah bersama cucunya di sebuah kamp pengungsi di desa Azaz dekat perbatasan dengan Turki,Ahad (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, ARBIL, IRAK -- Lebih dari 30.000 warga Suriah telah memasuki Irak pada beberapa hari belakangan ini, demikian dilaporkan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin.

Peristiwa itu merupakan pergerakan pengungsian terbesar sejak konflik di Suriah dimulai. Para pegiat kemanusiaan melaporkan bahwa para pengungsi itu datang dari daerah-daerah sejauh Damaskus dan Allepo.

Mereka mengatakan aliran pengungsi besar-besaran itu telah membuat badan-badan bantuan kewalahan dan sangat kekurangan infrastruktur serta berbagai pasokan.

Ribuan warga Suriah, yang kebanyakan terlihat sebagai orang Kurdi, meninggalkan negara mereka dan mulai memasuki Irak pada hari Kamis (15/8) untuk mencari tempat berlindung dari pertikaian brutal antara pasukan Kurdi dan kalangan jihadis serta hancurnya perekonomian.

Pada Senin, jumlah warga Suriah yang memasuki wilayah otonomi Irak, Kurdistan, diperkirakan mencapai 5 ribu, demikian dilaporkan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR).

Seorang wartawan AFP mengatakan pengungsi-pengungsi terlihat memasuki wilayah itu dengan membawa koper-koper berisi pakaian dan peralatan pribadi, sementara bus-bus menunggu di wilayah perbatasan bagian Irak untuk membawa mereka ke kantong-kantong pengungsi Suriah.

"Tampaknya jumlahnya akan mencapai sekira 5.000 orang hari ini," kata Peter Kessler, juru bicara UNHCR kepada AFP, dengan mengutip data dari staff badan PBB itu di perbatasan. "Jumlah itu membuat perkiraan menjadi lebih dari 30.000" sejak Kamis, ujarnya.

Kessler mengatakan, sementara jumlah pengungsi terlihat sudah berkurang, PBB telah mengirimkan 70 truk yang mengangkut bantuan ke Kurdistan.

PBB juga mengirimkan 2.100 tenda, dua gudang penyimpanan yang sudah dirakit setengahnya serta kontainer-kontainer air bagi ribuan keluarga.

Pada awalnya, mereka yang melintas menuju Irak pada hari Kamis telah ditempatkan di perkemahan di perbatasan untuk beberapa hari dan mereka merasa "sangat kelelahan dan berada dalam keadaan yang sangat tidak menentu," kata Kessler.

Ia mengatakan aliran pengungsi besar-besar tersebut tampaknya menjadi yang terbesar sejak 9.000 warga Suriah melintasi perbatasan menuju Turki pada November 2012.

"Saya tidak pernah melihat begitu banyak (pengungsi) seperti yang terlihat pada hari Kamis, Sabtu dan Minggu," kata Emily Dakin, direktur Komite Penyelamatan Internasional di Irak. Dakin menggambarkan bahwa ia melihat warga Suriah "di mana-mana".

Kendati lembaga-lembaga bantuan terus berupaya menyediakan pasokan bantuan mendesak bagai para pengungsi, Dakin memperkirakan perkemahan-perkemahan pengungsi masih harus menunggu hingga satu bulan sebelum bisa dilengkapi dengan toilet dan persediaan air.

Pasukan pemerintah Suriah menarik diri dari sebagian besar wilayah yang ditinggali mayoritas warga Kurdi di Suriah utara dan timur laut pada tahun lalu, sehingga membuat kelompok-kelompok warga Kurdi harus mengurusi masalah mereka sendiri.

Akses pengungsi Suriah ke Irak selama ini tidak menentu, sementara ketegangan politik dan ketakutan bahwa konflik akan merembet membuat pihak-pihak berwenang Kurdistan menutup perbatasan pada bulan Mei.

Beberapa peraturan telah diperingan pada bulan lalu untuk memungkinkan warga Suriah bergabung dengan keluarga-keluarga mereka yang sudah berada di Irak, namun jumlah warga yang mendapat izin melintasi perbatasan relatif masih kecil.

Secara keseluruhan, sudah lebih dari 1,9 juta warga Suriah yang mengungsikan diri dari negara mereka. Sebagian besar mencari tempat berlindung di Lebanon, Yordania dan Turki.

Irak sendiri telah menampung 155 ribu pengungsi Suriah yang terdaftar, demikian menurut PBB sebelum adanya aliran terbaru pengungsi secara besar-besaran.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement