Selasa 20 Aug 2013 17:38 WIB

Warga Indonesia Mulai Khawatirkan Anaknya di Mesir

 Kaum perempuan Mesir bergabung dengan aksi unjuk rasa menolak kudeta dan mendukung Presiden Mursi di luar Masjid Rabiah Al Adawiyah, Nasr City, Kairo, Rabu (31/7).   (AP / Khalil Hamra)
Kaum perempuan Mesir bergabung dengan aksi unjuk rasa menolak kudeta dan mendukung Presiden Mursi di luar Masjid Rabiah Al Adawiyah, Nasr City, Kairo, Rabu (31/7). (AP / Khalil Hamra)

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Sejumlah warga Maluku Utara mengkhwatirkan anaknya yang sedang kuliah di Universitas Azhar Mesir, menyusul semakin tidak kondusifnya keamanan di negara itu pascapenggulingan Presiden Muhammad Mursi.

"Anak saya bernama Muri Subur kuliah di Al Azhar Mesir 2009. Saya mengkhwatirkan keselamatannya, soalnya saya lihat di televisi di sana semakin kacau," kata Yusup Subur, ayah Muri Subur ketika dihubungi dari Ternate, Selasa.

Muri Subur kuliah di Al Azhar dengan fasilitas beasiswa dari Universitas Islam tertua di dunia itu. Ia mendapat beasiswa itu karena menunjukkan prestasi belajar di SMA Alkhairat, salah satu SMA swasta di Malut milik Yayasan Alkhairat.

Yusup Subur mengatakan sudah beberapa kali menghubungi anaknya di Mesir selama kekacauan di sana, namun anaknya menjelaskan bahwa keadaan seluruh mahasiswa asal Indonesia di Mesir tetap aman.

Mereka juga tidak kesulitan mendapatkan makanan, namun tidak bisa leluasa melakukan perjalanan keluar asrama, terutama pada malam hari karena adanya pemberlakuan jam malam oleh pemerintah setempat.

Menurut Yusup Subur, ia semula telah meminta anaknya untuk pulang ke Indonesia, namun setelah mendengar penjelasan anaknya tersebut menjadi agak tenang walaupun tetap dihantui kekhwatiran karena situasi keamanan di Mesir belum ada tanda-tanda akan pulih.

Perwakilan Pemerintah Indonesia di Mesir diharapkan proaktif memberikan perlindungan kepada seluruh mahasiswa asal Indonesia di sana, jika situasi semakin mengkhwatirkan, hendaknya segera memulangkan seluruh mahasiswa asal Indonesia di sana.

Sementara itu, sejumlah elemen masyarakat di Malut dalam beberapa hari terakhir ini terus melakukan aksi damai untuk memprotes kudeta yang dilakukan militer terhadap presiden hasil pemilihan umum, karena tindakan itu sangat mencederai nilai-nilai demokrasi dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

"Pemerintah Indonesia dan negara-negara lainnya di dunia harus menekan militer Mesir untuk mengembalikan demokrasi di negara itu dan tidak lagi bertindak represif terhadap pendukung presiden terpilih," kata salah seorang aktivis di Malut, Alimin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement