Rabu 21 Aug 2013 20:59 WIB

KBRI Tunggu Perintah Evakuasi WNI dari Mesir

Rep: Bambang Nuroyono/ Red: Karta Raharja Ucu
Militer Mesir melakukan pengamanan di sekitar masjid tempat berkumpul massa pendukung Muhammad Mursi
Foto: AP
Militer Mesir melakukan pengamanan di sekitar masjid tempat berkumpul massa pendukung Muhammad Mursi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir, segera mengevakuasi WNI dari Negeri Seribu Menara itu.

Sekertaris II Penerangan Sosial Budaya KBRI Dahlia Kusuma Dewi mengatakan, setidaknya tercatat 200 WNI yang mesti segera direpatriasi. Jumlah tersebut adalah perempuan hamil, dan orang tua juga mahasiswi.

''Perintah evakuasi sudah kami terima. Tapi masih bersifat tentatif, '' kata Dahlia saat dihubungi ROL, Rabu (21/8).

Dahlia menerangkan, KBRI masih menunggu keputusan dari Jakarta untuk segera mengeksekusi perintah evakuasi. Saat ini, kata Dahlia, jumlah WNI terestimasi sebanyak lima ribu orang. Terbanyak dikatakan berada di titik-titik keramaian. Di Kairo adalah terbanyak. Namun, jumlah tersebut maksimal. Sebab, data tersebut tidak terbaharui.

Musim liburan di Mesir membuat jumlah WNI susut. Dahlia menerka jumlah WNI saat ini tidak lebih dari tiga ribu orang. Jumlah tersebut menurutnya terus diperbaharui melihat himbauan dari Menkopolhukam di Jakarta.

Krisis politik dan keamanan di Mesir mendesak warga asing angkat kaki. Beberapa negara bahkan serentak memberi travel warning bepergian ke Mesir. Hal tersebut adalah langkah aman menghindari kemungkinan negatif, ekses dari 'kengerian' di Negeri Piramida tersebut.

Pascakudeta 3 Juli lalu, tercatat ribuan orang tewas. Rezim sementara dan militer setempat menghabisi kelompok pendukung Presiden terguling Muhammad Mursi. Bentrokan terparah terjadi di pinggiran ibu kota pekan lalu. Kerusuhan juga menyulut ke hampir semua provinsi negeri itu.

Militer pun mengeluarkan jam malam. Sejak Rabu (14/8), pemberlakuan jam darurat sipil itu mendesak semua orang dilarang keluyuran. Perintah tersebut ditetapkan dari pukul 19.00 sampai 06.00 waktu setempat selama sebulan penuh.

Menurut Dahlia, pemberlakuan jam malam memang mencekam. Tapi situasi berubah drastis saat matahari sudah tampak. Kondisi tersebut membuat KBRI menyimpulkan, di Kairo masih aman. Meskipun, eskalasi politik masih stagnan.

"Kita mengukur semua kemungkinan. Beberapa hari terakhir di ibu kota (Kairo dan sekitar) tidak ada kerusuhan. Laporan sama juga kami dapat dari Alexandria dan kora-kota lain," ungkap Dahlia. "Kami juga belum menerima permintaan (WNI) untuk dievakuasi."

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement