Kamis 22 Aug 2013 09:43 WIB

Kepala Pentagon Sambangi Asia Tenggara

US Secretary of Defense Chuck Hagel speaks at his news conference at the Pentagon in Washington March 15, 2013. Earlier Hagel announced plans to bolster US missile defenses in response to a growing nuclear threat from North Korea, adding 14 interceptors to
Foto: Reuters/Yuri Gripas
US Secretary of Defense Chuck Hagel speaks at his news conference at the Pentagon in Washington March 15, 2013. Earlier Hagel announced plans to bolster US missile defenses in response to a growing nuclear threat from North Korea, adding 14 interceptors to

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel Kamis bertolak untuk lawatan ke Asia Tenggara guna mendukung hubungan militer AS dengan mitra regional yang menghadapi peningkatan kekhawatiran atas sengketa maritim dengan Cina.

Hagel mengumumkan pada Selasa (21/8) ia akan terbang ke Malaysia, Indonesia, Brunei dan Philipina dalam kunjungan selama sepekan, dan menghadiri pertemuan para menteri pertahanan ASEAN pada 28-29 Agustus sebagai tujuan utama perjalanannya.

Klaim-klaim teritorial di Laut Cina Selatan diperkirakan akan menjadi agenda utama pada diskusi-diskusi ASEAN di Brunei pada Rabu dan Kamis depan, kata para pejabat.

Sepuluh negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara bersumpah untuk bersikap bersatu guna meyakinkan Cina untuk menyetujui kode etik untuk menangani perselisihan di Laut China Selatan yang strategis itu.

Di Brunei, Hagel juga berencana untuk mengadakan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Cina, Jenderal Chang Wanquan, yang akan menghadiri sidang ASEAN.

Pertemuan mereka akan terjadi sepekan setelah Chang melakukan kunjungan ke Washington dan disebut-sebut mencapai kemajuan dalam hubungan militer AS-Cina. Namun jenderal China memperjelas bahwa Beijing kukuh akan membela "kepentingan inti" dan "hak maritimnya."

Pernyataan Chang menggarisbawahi sikap tegas Cina terhadap hak teritorial di Laut China Selatan, yang diyakini menyimpan cadangan besar minyak dan gas alam.

Negara-negara Asia Tenggara telah mencoba selama lebih dari satu dekade untuk mengamankan kesepakatan dari Cina mengenai kode etik yang mengikat secara hukum untuk Selat Malaka.

Cina mengklaim hampir semua laut, bahkan air yang mendekati pantai negara-negara tetangga. Dan Beijing telah menolak menyetujui kode etik itu, dan waspada memberikan konsesi yang bisa melemahkan klaimnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement