BRISBANE -- Perdana Menteri Kepulauan Solomon Gordon Darcy Lilo mendapat perlakukan memalukan di Bandara Brisbane, sekembalinya dari kunjungan ke Indonesia. PM Lilo dijadwalkan menghadiri peringatan atas korban perbudakan di Negara Bagian Queensland tersebut.
Ia secara acak diminta oleh petugas sekuriti bandara untuk menjalani tes bahan peledak, meskipun telah melewati prosedur imigrasi di bandara itu.
PM Lilo dihentikan oleh petugas perempuan yang memintanya untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut, saat rombongan kenegaraan Kepulauan Solomon ini baru saja tiba kunjungan di Indonesia.
PM Lilo menolak permintaan petugas tersebut, dan sempat terjadi adu mulut antara pihak sekuriti bandara dengan para pengawal perdana menteri. "Ketika petugas itu mendekati saya, saya tentu saja hadapi, karena saya telah melewati proses pengecekan imigrasi normal," tegas PM Lilo. "Petugas protokoler saya sampai harus menjelaskan kepada mereka, bahwa mereka sedang memeriksa seorang perdana menteri dan penggeledahan seperti itu sangat konyol".
Jurubicara Deplu Australia menyatakan penyesalan atas ketidaknyaman yang dialami PM Lilo, dan membenarkan seharusnya seorang kepala pemerintahan dikecualikan dari tes semacam itu.
Dijelaskan, penyelidikan sedang dilakukan terhadap petugas sekuriti tersebut guna memastikan tindakan mempermalukan pejabat tinggi negara lain tidak terjadi lagi.
Tahun lalu Australia dan Vanuatu sempat bersitegang gara-gara rombongan perdana menteri Vanuatu dipaksa mengisi formulir imigrasi padahal mereka hanya sedang transit di Bandara Sydney.
Polisi Australia bahkan menangkap pengawal perdana menteri Vanuatu, yang dibalas dengan pengusiran polisi Australia yang berada di Vanuatu.
Mantan PM Papua Nugini Michael Somare juga pernah mengajukan resmi ke Australia karena dipaksa membuka sepatu di Bandara Brisbane tahun 2005.