REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Setelah sempat tertunda, Robert Mugabe, Kamis (22/8), akhirnya dilantik menjadi Presiden Zimbabwe. Pelantikan kali ini tercatat yang ketujuh kali ia terima, semenjak ia menjadi Presiden Zimbabwe di tahun 1987.
Dikutip dari BBC, tepat di hari Kamis, Pemerintah mencanangkan libur nasional. Sehingga seluruh pendukung pria berumur 89 tahun ini hadir dalam acara pelantikan. Pelantikan ini sempat tertunda oleh petisi yang diajukan pesaing utama Mugabe, Morgan Tsvangirai.
Ia menuduh Mugabe dan pendukung setianya melakukan kecurangan pemilu. Akan tetapi Mahkamah Konstitusi menolak petisi dan menyatakan pemilu ulang, ''bebas, adil dan kredibel''.
Pemilihan ulang kemarin mengakhiri pembagian kekuasaan antara Presiden Mugabe dan Perdana Menteri Tsvaringai yang terbentuk di tahun 2009. Akan tetapi pemerintah sebelimnya begitu rapuh dan dibawah tekanan dari Uni Afrika setelah pemilu di 2008 rusak akibat kekerasan dan tuduhan kecurangan.
Tsvaringai, yang juga pemimpin oposisi, mengatakan takkan menghadiri upacara pelantikan Mugabe. ''Mengharapkan Tsvaringai hadir seperti mengharapkan korban perampokan hadir pada acara pesta yang diselenggarakan oleh perampok,'' tutur Juru Bicara Tsvaringai, Lukas Tamborinyoka kepada AFP, dilansir dari BBC, Kamis (22/8).
Mugabe dalam pemilu ulang 31 Juli menang mutlak sebesar 61 persen melawan Tsvaringai yang hanya meraih 34 persen. Meski Amerika Serikat dan Inggris menyatakan prihatin atas hasil resmi yang memberikan kemenangan bagi Mugabe dan Partai Zanu PF dia, Uni Afrika tak sependapat.
Uni Afrika mengatakan adanya dugaan kecurangan tak cukup untuk membatalkan margin kemenangan yang begitu besar.