REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Seorang warga Mesir yang berada di Kairo memberikan kesaksian kepada media bahwa hidupnya menjadi lebih aman tanpa jenggot.
''Abdul Salam Badr (29) tidak punya pilihan selain mencukur jenggotnya untuk menyelamatkan diri untuk menghindar dari menjadi target dalam tindakan keras pasukan keamanan Mesir terhadap pendukung Presiden terguling, Muhammad Mursi,'' sebut laporan Modern Ghana seperti dikutip Kantor Berita Islam MINA pada Kamis (22/8).
Dalam beberapa hari terakhir, tanda-tanda yang jelas dari kesalehan telah menjadi sesuatu yang menarik kecurigaan bagi pasukan keamanan di pos pemeriksaan dan warga yang ingin menyerang Islam di Ibukota Mesir.
"Saya berada di dalam taksi menuju ke kamar mayat, mengangkut tubuh teman saya yang tewas dalam demonstrasi," kata Badr.
"Saya dihentikan oleh anggota kelompok yang main hakim sendiri karena saya punya jenggot. Satu-satunya hal yang menyelamatkan saya adalah fakta bahwa saya mengangkut mayat," kata lelaki yang mengatakan bahwa ia tidak setia kepada organisasi politik apapun.
Di sebuah salon kecil berdebu, Badr akhirnya mencukur rambut yang menepel di dagunya. "Karena hidup telah menjadi lebih aman tanpa jenggot," katanya.
Penggulingan Mursi, anggota Ikhwanul Muslimin, telah memicu perburuan terhadap mereka yang dianggap sebagai pendukungnya. Kampanye itu dipicu oleh media dalam negeri yang telah menyiarkan gambar orang-orang bersenjata berjenggot yang diduga menembaki pasukan keamanan selama demonstrasi.
Profesor Ilmu Politik di Universitas Kairo, May Moujib, mengatakan bahwa orang-orang yang memelihara jenggot membayar mahal untuk para anggota Ikhwanul Muslimin dan kelompok-kelompok Islam lainnya.
''Mereka yang terkena dampak tersebut adalah dari anggota Ikhwanul Muslimin yang sebenarnya,'' kata Moujib. ''Mereka yang tidak memiliki afiliasi dengan kelompok, tapi mereka kebetulan berjenggot, juga terkena dampaknya.''
Seorang fotografer dari negara Barat memutuskan untuk mencukur jenggotnya setelah berulang kali ditegur di jalanan dan merasa terancam karena pihak keamanan Mesir mengira dia seorang anggota Ikhwanul Muslimin.
Sementara seorang sopir taksi yang berjenggot, mengakui bahwa pelanggan semakin enggan untuk menggunakan jasanya. Beberapa khatib bahkan memberikan dispensasi agama kepada umat yang ingin mencukur jenggot mereka untuk menghindar dari sasaran.
"Ini adalah pertanda buruk bagi masa depan dan indikasi perpecahan antara orang Mesir," kata Nivine Messad, juga seorang profesor bidang ilmu politik di Universitas Kairo.