REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon hari Jumat mengecam dua serangan bom mobil mematikan di Lebanon dan mendesak pengendalian diri di negara yang terkena imbas perang Suriah itu.
"Sekretaris Jendral mengecam keras dua pemboman, yang dilakukan tak lama setelah sholat Jumat, di luar dua masjid di kota Tripoli, Lebanon utara," kata PBB dalam sebuah pernyataan.
Ia mendesak seluruh warga Lebanon "mengendalikan diri, tetap bersatu, dan mendukung lembaga-lembaga negara, khususnya pasukan keamanan, dalam menjaga ketenangan dan ketertiban di Tripoli dan seluruh penjuru negeri, dan mencegah berulangnya aksi-aksi dekstruktif semacam itu".
"Sekretaris Jendral berharap mereka yang bertanggung jawab atas aksi kekerasan pengecut semacam itu dibawa ke pengadilan secepat mungkin," tambah pernyataan itu.
Dua ledakan bom mobil berkekuatan besar menewaskan 42 orang dan mencederai ratusan lain, dalam serangan paling mematikan sejak perang saudara 1975-1990.
Ketegangan meningkat di Lebanon terkait konflik Suriah, setelah kelompok Syiah Hizbullah mengumumkan dukungannya dan mengirim pasukan untuk membantu Presiden Bashar al-Assad menumpas pemberontak Suriah.
Meski Lebanon secara resmi netral dalam perang di Suriah, negara itu terpecah antara pendukung Assad dan pendukung pemberontak Suriah. Damaskus mendominasi Lebanon secara militer dan politik selama hampir 30 tahun hingga 2005.
Pada 18 Agustus, lima roket mendarat di dan sekitar kota Hermel, sebuah pangkalan Hizbullah di Lebanon timur.
Hermel dan daerah-daerah lain di Lebanon timur, yang menjadi pangkalan kelompok Syiah Lebanon Hizbullah, diserang sejumlah roket dari Suriah dalam beberapa bulan ini.
Serangan roket terakhir itu terjadi tiga hari setelah ledakan bom mobil di pangkalan Hizbullah di Beirut selatan menewaskan 27 orang.
Menurut laporan Reuters, sebuah kelompok Sunni yang menamakan diri Brigade Aisha mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom pada 15 Agustus itu dan berjanji melancarkan operasi lebih lanjut terhadap Hizbullah.
Penduduk di Beirut selatan mengatakan bahwa Hizbullah, kelompok pejuang yang didukung Iran dan Suriah, siaga tinggi dan meningkatkan pengamanan di daerah itu setelah peringatan dari pemberontak Suriah mengenai kemungkinan pembalasan karena dukungan mereka bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kekerasan sektarian yang disulut oleh konflik Suriah juga terjadi di Lembah Bekaa dan kota-kota Laut Tengah, Tripoli dan Sidon, yang mencerminkan bahwa ketegangan sektarian baru menyebar di Timur Tengah.
Muslim Sunni di Lebanon mendukung pemberontak di Suriah, sementara penduduk Syiah mendukung Assad, bagian dari minoritas Alawite, cabang dari Syiah.
Pemimpin Hizbullah Nasrallah telah berjanji, kelompoknya akan terus berperang membela Assad setelah mereka memelopori perebutan kembali kota strategis Qusair pada Juni.
Pada Oktober tahun lalu, bom mobil di bagian timur Beirut menewaskan seorang pejabat intelijen senior Wissam al-Hassan, yang memiliki kedekatan dengan partai oposisi utama Sunni Lebanon yang mendukung pemberontakan di Suriah.