Sabtu 24 Aug 2013 14:10 WIB

Konflik di Suriah, Amerika Serikat Siagakan Kapal Perang

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Heri Ruslan
iga personil marinir AS melakukan simulasi dengan persenjataan lengkap di kapal penghancur berpeluru kendali USS Howard (DDG 83) di JICT 2 Port A, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (30/5). Kedatangan tiga kapal perang Amerika kapal pendaratan USS Tortuga
Foto: Antara
iga personil marinir AS melakukan simulasi dengan persenjataan lengkap di kapal penghancur berpeluru kendali USS Howard (DDG 83) di JICT 2 Port A, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (30/5). Kedatangan tiga kapal perang Amerika kapal pendaratan USS Tortuga

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Angkatan Laut Amerika Serikat memperkuat eksistensinya di Laut Tengah dengan menyiagakan kapal perang bersenjatakan rudal. Langkah ini diambil terkait perang sipil yang terus bergejolak di Suriah.

Pejabat Departemen Pertahanan Amerika, seperti dilansir Reuters, Jumat (23/8), menyebut kapal USS Mahan sebenarnya sudah akan bertolak kembali ke markasnya di Norfolk, Virginia. Akan tetapi, Komandan Armada Keenam Negeri Paman Sam itu memutuskan untuk bertahan di area dekat Suriah.

Meskipun menyiagakan kapal perangnya, pejabat itu mengatakan, pihak Angkatan Laut belum mendapatkan perintah untuk mempersiapkan operasi militer terkait konflik di Suriah.

Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel membenarkan telah menyiagakan pasukan angkatan lautnya. Menurut dia, langkah itu merupakan antisipasi atas setiap keputusan yang nantinya akan diambil Presiden Barack Obama.

Ia mengatakan, Departemen Pertahanan bertanggung jawab untuk mempersiapkan berbagai opsi bagi presiden dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan. "

Hal itu termasuk menyiagakan pasukan dan menempatkan perlengkapan, untuk dapat melaksanakan beragam pilihan. Apapun yang akan diambil Obama," kata dia.

Berdasarkan informasi dari dalam pemerintahan, Amerika Serikat mempertimbangkan berbagai opsi terkait konflik Suriah. Mulai dari meningkatkan tekanan diplomatik, hingga melakukan serangan udara terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Berbagai pertimbangan ini menyeruak setelah adanya kabar pasukan Assad menggunakan senjata kimia untuk melakukan serangan terhadap pemberontak. Pemerintahan Assad sendiri menyangkal telah bertanggung jawab atas serangan itu setelah sebelumnya sempat menuduh pasukan pemberontaklah yang menggunakan senjata kimia.

Hagel mengatakan, komunitas internasional akan bergerak untuk mengetahui fakta sebenarnya yang terjadi di Suriah. Saat proses itu berlangsung, ia mengatakan, komunitas internasional pun harus mempersiapkan diri untuk mengambil tindakan. Apalagi jika memang terbukti pasukan Assad telah menggunakan senjata kimia. "Itu bisa menambah nilai urgensi terhadap apapun tindakan yang akan diambil komunitas internasional," kata dia.

Menanggapi segala hal yang terjadi, Hagel mengindikasikan Amerika Serikat bisa mengambil tindakan sendiri. Akan tetapi, ia berdalih permasalahan yang terjadi di Suriah merupakan isu internasional. Apalagi ketika memang benar terjadi penggunaan senjata kimia. "Saya yakin komunitas internasional akan dan harus bertindak dalam isu seperti ini," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement