REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Dalam sebuah acara televisi yang disiarkan channel Ulke secara live, Recep Tayyip Erdogan menangis ketika dibacakan surat Mohamed El Beltaji untuk putrinya, Asmaa, yang syahid dalam pembantaian Rab’ah pada pertengahan Agustus lalu.
El Beltaji, salah seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, kehilangan putri semata wayangnya yang masih berusia 17 tahun.
Perdana Menteri Turki, Erdogan, menangis ketika mendengarkan isi surat El Beltaji untuk putrinya itu. Ketika ditanya tentang sebab menangisnya, Erdogan menjawab.
“Selesai bekerja, aku selalu pulang ke rumah. Seringnya pulang malam-malam. Pernah anakku menulis pesan yang ditempel di pintu kamarku. Pesanya,'Ayah, tolong beri kami satu malam saja'.''
Erdogan mengaku dia memang terlalu sibuk dengan tanggung jawab besar yang sudah dirancangnya sejak dulu. Karena sangat sibuknya, sering dia pulang pukul satu atau dua dinihari.
''Tentunya semua anakku telah tidur,'' kata Erdogan. ''Ketika mendengarkan dibacakannya surat ini, aku membayangkan seakan-akan anak-anakku itu adalah Asmaa.''
Erdogan mengatakan sangat mengharukan ketika seorang ayah tidak bisa menshalati jenazah putrinya sendiri. Putrinya adalah seorang gadis yang pandangan matanya penuh dengan harapan masa depan. ''Kepergiannya yang sangat cepat ini sungguh sangat mengharukanku,'' katanya.
''Aku yakin sikap Beltagi kepada putrinya ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi dunia Islam, para pemuda, dan para orang tua bagaimana bersikap kepada anaknya,'' kata Erdogan. ''Saya berkata seperti ini bukan sebagai perdana menteri, tapi sebagai rakyat biasa, Erdogan.”