REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bom kembar mengguncang masjid kelompok Sunni di Tripoli Utara Lebanon. Dua ledakan besar ini pun menyebabkan 47 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Ledakan di Masjid At-Taqwa dan As-Salam dianggap sebagai serangan paling mematikan semenjak Perang Sipil 1975-1990 di Libanon.Sementara ahad pagi, dilansir dari Al Jazirah, ratusan orang pelayat melakukan shalat Jenazah dan mengiringi penguburan puluhan korban di kota ini.
Aparat keamanan menjaga ketat para pelayat dan negara pun mengumumkan Sabtu lalu sebagai hari berkabung nasional.Kantor Berita Nasional mengumumkan aparat keamanan telah menangkap tersangka utama ledakan tersebut.
Ia adalah Syekh Ahmad al Ghareeb, tokoh yang berhubungan dengan sebuah organisasi Sunni dan dekat dengan kelompok militan Hizbullah. Ia ditangkap ketika berada di rumahnya, di Miniyeh pinggiran Tripoli.
Sebagian besar rakyat pun khawatir negara mereka akan tergelincir dalam siklus balas dendam antara pengikut Sunni dan Syiah. Karena tak sampai satu pekan sebelumnya, bom meledak di sebuah distrik yang dikuasai Hizbullah, Beirut Selatan dan menewaskan 27 orang.
Sedangkan sebagian lagi memandang, pemboman ini sebagai bukti terbaru bahwa Perang Sipil di Suriah telah masuk ke negara mereka.Kepolisian Libanon menyebutkan hingga hari Sabtu, 47 orang tewas dan 500 lainnya luka-luka akibat ledakan tersebut.
Seorang pejabat kepolisian juga mengatakan saat ini 300 orang masih berada di rumah sakit, sementara 65 diantaranya dalam kondisi kritis.Sabtu kemarin, warga sipil bersenjata mendirikan pos-pos pemeriksaan dekat dengan dua masjid tersebut.
Pasukan keamanan Libanon berpatroli di jalan kota itu. Serangan itu memang dimaksudkan untuk menimbulkan korban jiwa sebanyak mungkin. Karena indikasi awal serangan dilakukan saat muslim menjalakankan Shalat Jumat.
Stasiun televisi televisi lokal menayangkan kepanikan warga ketika bom baru saja terjadi. Video itu menampilkan tubuh berserakan di samping mobil yang terbaka. Teriakan dan jeritan terdengar, sedangkan korban yang terbakar terjebak dalam mobil.
Sampai saat ini belum ada kelompok atau organisasi yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok Hizbullah secara terbuka, dilansir dari Al Jazirah mengutuk aksi pemboman dan menyatakan simpati mereka kepada korban.
Aksi ini menurut Hizbullah hanya sebagai upaya untuk menciptakan banyak kekerasan lain di Lebanon. Sedangkan kelompok Al Qaidah cabang Afrika Utara justru menyalahkan Hizbullah atas pemboman.
Al Qaidah, dilansir dari sebuah situs intelijen berbasis di Amerika Serikat, mengatakan aksi ini merupakan tindakan balas dendam.