REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande, Ahad (25/8), mengadakan pembicaraan telepon dengan timpalannya dari AS Barack Obama.
Hollande menuding Pemerintah Suriah sebagai "pelaku" penggunaan senjata kimia dalam "serangan yang tak bisa diterima".
Ia mengutuk serangan senjata kimia di Suriah kata Istana Elysee di dalam satu pernyataan, dan menyatakan, "Semuanya sesuai dengan penetapan rezim Damaskus sebagai pelaku serangan yang tak bisa diterima ini."
Kedua pemimpin tersebut terus mengadakan kontak erat untuk "sampai pada reaksi bersama terhadap agresi yang tak pernah terjadi sebelumnya ini", demikian pernyataan dari istana presiden di Paris sebagaimana diberitakan Xinhua.
Pada Ahad pagi, Istana Elysee mengatakan di dalam dua pernyataan lain bahwa Hollande juga mengadakan pembicaraan perspektif dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Perdana Menteri Australia Kecin Rudd mengenai situasi di Suriah.
Selama pembicaraannya dengan Cameron, kedua pemimpin Eropa itu "mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah" dan mendesakn "kerja sama penuh dan secepatnya" para pejabat Suriah dengan misi pemeriksaan PBB. Mereka "sepakat untuk membahas sesegera mungkin reaksi atas tindakan yang tak bisa ditolerir ini".
Ketika berbicara dengan Rudd, Hollande mengatakan, "Bukti yang dikumpulkan menunjukkan serangan 21 Agustus tersebut adalah kimia, dan semuanya mengarah kepada pertimbangan rezim Suriah sebagai bertanggung-jawab atas aksi ... ini."
Ia meminta para pemeriksa PBB diberi akses "tanpa penundaan dan tanpa pembatasan" untuk melaksanakan penyelidikan ke berbagai lokasi tempat serangan kimia diduga telah terjadi.