REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Warga di ibu kota Suriah mengkhawatirkan persediaan makanan dan air setempat terkontaminasi zat beracun. Ini menyusul adanya serangan gas beracun yang menewaskan ratusan orang di wilayah pertanian suburban.
Negara barat meyakini pasukan Presiden Bashar al-Assad yang membawa senjata kimia. Serangan senjata kimia tersebut diyakini merupakan yang terburuk sejak pemimpin Irak, Saddam Hussein menyerang ribuan bangsa kurdi dengan gas pada 1988.
Namun, pemerintah Suriah membantah keterlibatan dalam serangan itu. Mereka menyalahkan pasukan militan yang melakukan serangan. Laporan Al-Arabiya, Ahad (25/8) menyatakan serangan gas terjadi di wilayah Ghouta yang memiliki lahan pertanian pememasok sayur, daging, dan susu bagi tiga juta warga.
Warga Suriah, Um Hassan mengaku pertama kali khawatir adanya kontaminasi sejak invasi AS di Irak. Ini membuat Suriah takut dengan makanan impor yang terkontaminasi. Otoritas Suriah belum merespon apakah warga harus mengambil tindakan khusus untuk melindungi dari kemungkinan kontaminasi.
Saat ini juga belum jelas racun seperti apa yang digunakan untuk menyerang warga. Gas sarin yang diyakini AS dan Prancis telah digunakan sebelumnya, dapat bercampur dengan air. Orang dapat terpapar dengan menyentuh atau meminum air tersebut. Orang juga dapat teracuni dengan memakan makanan yang terkontaminasi.