Kamis 29 Aug 2013 06:12 WIB

Taiwan Sita Ribuan Penyu Langka

Red:
Penyu
Penyu

TAIWAN -- Penjaga pantai Taiwan menyita lebih dari 2.600 penyu langka yang dilindungi, dalam upaya penyelundupan yang berhasil digagalkan. Penyu-penyu itu diduga akan menjadi hidangan santapan di Cina.

Menurut pejabat setempat, itu merupakan kasus terbesar penyelundupan penyu jenis ini yang pernah terjadi. Petugas pantai menemukan 2.626 penyu langka, termasuk 1.180 penyu yellow pond dari Asia dan 1.446 penyu yellow-lined box, dalam sebuah wadah di atas kapal di Kaohsiung, pelabuhan di selatan Taiwan,  Sabtu (24/8)

Mereka menahan seorang pria dengan nana keluarga Cheng, tapi tidak bersedia merinci lebih lanjut. Alasannya, mereka sedang mengejar para pelaku utama dalam jaringan penyelundupan tersebut. Menurut pihak berwajib, binatang-binantang itu menjadi santapan orang-orang kaya Cina atau digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional.

Penyitaan itu merupakan yang terbesar di Taiwan terhadap penyu-penyu langka. "Setelah mengkonsumsi penyu-penyu mereka sendiri, sekarang mereka beralih mata ke Asia Tenggara dan Taiwan," kata Lin Kuo-chang, penjabat yang membidangi konservasi Dewan Pertanian Taiwan.

Karena jumlah penyu liar menurun dengan cepat di Cina, harganya meningkat 5 kali lebih tinggi dari harga penyu di Taiwan, yang terpisah dengan selat 200 KM dari daratan Cina.  "Sejak penyu-penyu itu tidak sering terlihat lagi di alam liar, banyak orang terlibat dalam penangkapan ilegal," kata Profesor Wu Sheng-hai, pakar sains kehidupan di Universitas Nasional Chung Hsing di Taipeh.

Kedua jenis penyu tersebut termasuk di urutan kedua daftar perlindungan satwa liar kategori-tiga Taiwan, yang artinya mereka termasuk binantang berharga dan langka. Kategori pertama adalah untuk spesis binatang terancam punah.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement