Senin 26 Aug 2013 19:04 WIB

Snowden Dikabarkan Tempati Konsulat Rusia di Hong Kong

Edward Snowden
Foto: AP Photo/Human Rights Watch, Tanya Lokshina
Edward Snowden

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Edward Snowden, pembocor rahasia intelijen Amerika Serikat (AS), yang memperoleh suaka dari Rusia, menghubungi pejabat Rusia sebelum terbang ke Moskow dan tinggal beberapa hari di perwakilan negara itu di Hongkong.

Harian "Kommersant", Senin (26/8), mengutip sumber dekat dengan Snowden, mengatakan bahwa mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS itu menghabiskan beberapa hari di konsulat Rusia di Hongkong sebelum terbang dengan penerbangan Aeroflot ke Moskow pada akhir Juni.

Snowden bahkan merayakan ulang tahun ke-30-nya di sana. Sumber Barat menegaskan informasi itu ke surat kabar tersebut seraya menambahkan bahwa pihak Barat berpikir mungkin Pemerintah Rusia telah mengundang Snowden untuk datang ke Rusia.

Sangat mungkin bahwa "Rusia sendiri mengundang Snowden, memberikan undangan itu ke dia melalui Cina yang senang dapat menyingkirkannya," kata seorang sumber dari Barat.

Sumber di Pemerintah Rusia menegaskan kepada Kommersant bahwa Snowden berada di konsulat Rusia di Hongkong selama dua hari sampai ia berangkat ke Moskow.

Sumber itu mengatakan jika Snowden telah muncul tanpa diundang, dan menambahkan bahwa ia telah berencana untuk terbang ke Amerika Latin melalui Moskow dan meminta bantuan, mengutip konvensi internasional tentang hak-hak pengungsi.

Snowden terbang ke Moskow pada 23 Juni tetapi tidak naik pesawat ke Kuba hari berikutnya walaupun memiliki tempat. Dia akhirnya menghabiskan lebih dari sebulan di zona transit bandar udara Sheremetyevo di Moskow sampai Rusia memberinya suaka sementara.

Langkah ini menyebabkan krisis baru dalam hubungan antara Moskow dan Washington. Presiden Vladimir Putin mengatakan Snowden tiba di Rusia tanpa diundang dan akan meninggalkan negara itu sesegera mungkin.

"Kommersant" mengatakan Snowden tidak naik sebuah pesawat Aeroflot ke Kuba meskipun ia telah check in karena Havana mengatakan tidak akan mengizinkan pesawat itu mendarat. Dengan mengutip beberapa sumber, surat kabar itu mengatakan jika Kuba telah membuat keputusan itu berdasarkan tekanan dari AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement