CANBERRA -- Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menyatakan perwira militer Australia berkomunikasi dengan mitranya Amerika Serikat terkait respon penggunaan senjata kimia yang digunakan untuk membunuhi warga sipil di Suriah
Rudd membahas situasi di Suriah dengan Presiden AS Barack Obama Selasa (27/8), setelah Amerika menyampaikan signal akan mengambil tindakan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad yang diduga menggunakan serangan senjata kimia di Damaskus.
Menurutnya komuntas internasional mesti bereaksi karena secara terang terangan senjata kimia digunakan untuk membunuhi penduduk sipil dan membangkitkan ingatan terhadap pembunuhan massal Srebrenica dan pemusnahan etnis di Rwanda. “Situasi di Suriah mirip kuburan,” tegas Rudd.
Rudd juga menyampaikan para diplomat Australia dan Amerika tetap berkomunikasi dan begitu juga dengan perwira militernya. “Ini pertanyaan penting, bukan cuma untuk peristiwa terkini di Suriah, tapi juga lebih luas prinsip internasional dari rejim dimanapun di dunia percaya, senjata kimia bisa membunuh manusia dan lolos begitu saja tanpa respon apapun,” katanya.
Rudd mengungkapkan pembicaraannya dengan Obama saat menyampaikan sebuah pidato di Sydney.
Dalam pidato di Lowy Institute, Rudd menyebut penggunaan senjata kimia di Suriah adalah "serangan mendasar terhadap norma internasional".
Perdana Menteri Rudd juga menambahkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir dia telah berbicara dengan Sekjen PBB dan Presiden Perancis.
Washington menggambarkan percakapan telefon dengan Obama sebagai “Kedua pemimpin menyampaikan kekhawatiran terkait laporan penggunaan senjata kimia oleh rejim Suriah terhadap penduduk sipil.”
Rudd menekankan bahwa Australia berasumsi peran Dewan Keamanan PBB pada Minggu ini selama satu bulan. "Kami mengasumsikan Ketua Dewan Keamanan PBB pada saat krisis Suriah sudah semakin meningkat," katanya.
Samantha Power Duta Besar AS untuk PBB menulis di Twitter bahwa AS meninjau pilihan untuk merespon di tengah meluasnya kemarahan dan desakan untuk akuntabilitas.
Dr Rodger Shanahan dari Lowy Institute, pengamat studi spesialis Arab dan mantan perwira tentara yang bertugas di Suriah dan sejumlah penempatan di kedutaan Australia di Timur Tengah, kepada The World Today bahwa pemerintahan Obama memiliki pilihan aksi militer yang terbatas.