REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran telah mengangkat seorang pakar perlucutan senjata sebagai utusannya untuk pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal ini dilaporkan kantor berita ISNA pada Selasa (27/8).
Kebijakan ini memperluas perombakan di jajaran pejabat tinggi yang mengurusi program atomnya sejak Presiden Hassan Rohani berkuasa dan bertekad memperbaiki hubungan luar negeri Iran. Rohani masih harus mengangkat seseorang untuk posisi diplomatik paling penting Iran, yaitu kepala perunding nuklir dengan kekuatan-kekuatan dunia.
Reza Najafi, menurut laporan yang dilansir Reuters, Rabu (28/8), yang telah bekerja di Kementerian Luar Negeri Iran untuk menangani perlucutan senjata, akan menjadi duta besar mendatang untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina.
Najafi menggantikan Ali Asghar Soltanieh, yang telah memimpin perundingan-perundingan yang sejauh ini belum menghasilkan dengan IAEA sejak awal 2012 dan menjadi duta besar selama pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Badan PBB itu ingin memulai kembali investigasi yang telah lama terkendala atas dugaan Iran telah melakukan riset pengembangan senjata nuklir. Teheran membantah tuduhan itu. Para diplomat Barat menuduh Iran menrintangi penyelidikan IAEA.
Rohani yang relatif moderat telah berjanji kan memuluskan hubungan Iran dengan kekuatan-kekuatan dunia guna membantu sanksi-sanksi internasional yang diberlakukan atas republik Islam itu karena mengembangkan program nuklirnya. Iran menyatakan pihaknya memperkaya uranium hanya untuk maksud energi sipil dan obat-obatan.