Kamis 29 Aug 2013 22:48 WIB

AS dan Sekutu Mungkin Serang Suriah

Red:
Militer AS
Militer AS

QATAR -- Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya sedang mempersiapkan kemungkinan aksi militer terhadap Suriah yang bisa terjadi dalam beberapa hari ini. Jika terjadi, serangan itu didasarkan atas tuduhan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintahan Bashar al-Assad.

Demikian informasi dari sumber posisi Suriah. Oposisi telah diberitahu bahwa aksi militer mungkin akan dilancarkan terhadap pasukan Assad segera, menurut sumber yang menghadiri pertemuan antara para utusan negara sekutu AS dan Koalisi Nasional Suriah di Istanbul.

Menteri Pertahanan Amerika, Chuck Hagel, mengatakan, pasukan Amerika di kawasan itu "siap menyerang" jika Presiden Barack Obama memberi perintah.

Hagel mengatakan, badan-badan intelijen sedang menantikan konfirmasi akhir apakah pemerintah Suriah memang pelaku serangan gas hari Rabu pekan lalu, di sebuah daerah pinggiran Damaskus yang dikuasai pemberontak.

Jika benar, ini adalah serangan senjata kimia terburuk sejak Saddam Hussein menggunakan gas atas ribuan orang Kurdi Irak di tahun 1988.

Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, mengatakan, ia sekarang yakin, rezim Suriah telah menggunakan senjata kimia.

Rudd mengatakan, ia menjadi yakin setelah berbicara dengan Presiden Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Perdana Menteri Rudd mengatakan, ia juga sudah berkonsultasi dengan para pemimpin regional lainnya, termasuk Presiden SBY, untuk mencek respon regional dalam krisis Suriah.

Kata Rudd, apa yang disaksikan dunia di Suriah setara dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Pemerintah Australia, setelah berkonsultasi dengan sekutu-sekutu kami, mengambil kesimpulan bahwa terdapat banyak bukti yang menunjukkan senjata kimia telah digunakan dalam serangan itu. Dan lebih jauh, kami yakin bahwa rezim Suriah bertanggung-jawab atas serangan itu," kata Rudd.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement