REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keselamatan wartawan di Mesir menjadi sesuatu yang tak bisa lagi dihiraukan. Meningkatnya ancaman penangkapan hingga penyerangan kepada pers membuat Euro-Mediterania Observatory for Human Rights menghimbau wartawan agar sangat berhati-hati. Militer Mesir disinyalir meningkatkan pengawasan bagi wartawan terutama sejak dua pekan terakhir.
"Pihak berwenang di Mesir makin sewenang-wenang tehadap wartawan. Mereka tidak dapat memberikan jaminan keselamatan kepada wartawan dalam kondisi-kondisi kritis seperti di jalanan," bunyi pernyataan pihak Observatory, Selasa (27/8).
Observatory mencatat, setidaknya ada 57 pelanggaran yang dilakukan militer Mesir terhadap wartawan lokal dan asing. Tercatat sejak 14-27 Agustus, 57 orang wartawan tersebut mengalami berbagai bentuk pelanggaran. Seperti pemukulan, perampasan peralatan, hingga pembunuhan.
Observatory melaporkan, dalam dua pekan terakhir setidaknya sudah ada enam wartawan telah dibunuh. Empat di antaranya diserang pasukan keamanan di Rabi’ah, sementara dua lainnya terbunuh di Ramses.
Observatory juga mengecam 11 orang wartawan masih berada dalam tahanan. Mereka ditangkap tanpa bukti yang jelas sejak 14 Agustus lalu. Wartawan tersebut ditangkap bersama dengan para pengunjuk rasa pro-mursi. Dari 11 orang yang ditahan, dua di antaranya tak tahu keberadaannya.