REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, Muhammad el-Beltagy membantah tuduhan kelompoknya melakukan tindakan terorisme menyusul kudeta yang menggulingkan presiden negara itu.
Pernyataan Berltagy datang setelah Ikhwanul Muslimin merencanakan demonstrasi baru untuk menentang tindakan keras pihak keamanan. Para pemimpin senior Ikhwanul Muslimin telah ditahan, salah satunya warga AS, Muhammad Soltan putra dari tokoh Ikhwanul Salah Soltan.
El-Beltagy, mantan polisi dari Partai Kebebasan dan Keadilan dituduh menghasut kekerasan dan diburu pihak berwenang selama hampir tiga pekan.
Dalam pesan video yang ditayangkan Al Jazeera, el-Beltagy mengatakan otoritas mencoba membalikkan krisis politik menjadi masalah keamanan dengan menuduh kelompoknya dibalik kampanye terorisme.
Media Mesir, yang sebagain besar anti-Ikhwanul mendeskripsikan kekerasan itu sebagai perang melawan terorisme.
"Jangan mau dibodohi dengan semua kebohongan dan penipuan yang bertujuan untuk melabeli kami dengan terorisme, kekerasan, dan membunuh...pada saat tangan rezim kudeta tenggalam dalam darah," kata Beltagy seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (28/8).
El-Beltagy bersembunyi awal bulan ini setelah pihak berwenang Mesir membubarkan perkemahan protes yang digelar untuk menuntut pembebasan mantan presiden Muhammad Mursi. Ratusan orang tewas dalam kekerasan, termasuk putri dari el-Beltagy.