REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Harapan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mendapat dukungan dari Kongres untuk menyerang Suriah diperkirakan bakal gagal. Setidaknya ada dua alasan utama penolakan Capitol Hill terkait rencana perang tersebut.
Pertama, kegagalan mengembalikan stabilitas politik di Libya, membuat Kongres ragu atas rencana undang-undang serangan militer kali ini.
Ketua Kongres John Boeher mengatakan, Obama punya catatan buruk menggenggam keyakinan suara Kongres.
''Kali ini rencana Gedung Putih adalah mimpi buruk yang seharusnya dihindari,'' kata Boeher seperti dilansir Times, Ahad (1/9). Boeher menjamin, perdebatan berapi-api pekan mendatang akan membakar lantai Kongres.
Menurut dia, persoalan menyerang Suriah jauh lebih tajam ketimbang saat pembahasan Libya 2011 lalu. Proporsi mayoritas kursi Partai Republik di Kongres ditaksir memblokir kemauan perang Obama terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pemilihan nasional 2012 lalu memposisikan Partai Republik pemilik 235 suara di Dewan Perwakilan Rakyat, dan 45 kursi di Senat. Partai Demokrat dengan 199 kursi di DPR dan 55 di Senat.
Lagi pun, menurut Reuters, partai pendukung pemerintahan dan oposisi selama ini sama-sama gamang menyikapi dua setengah tahun perang saudara di Damaskus.
Obama sendiri, selama konflik di Suriah menghindari ikut campur militer AS di Negeri Syam tersebut.Kedua Kongres AS akan enggan bertanggung jawab dan tidak mau disalahkan. Pencaraian dukungan Kongres menurut Times adalah ketakutan Obama jika serangan militer gagal menggulingkan Assad.
Taruhannya akan sama seperti yang dialami negara-negara Timur Tengah lainnya saat ini. Obama bermaksud memberi beban perang tersebut kepada Kongres. Dukungan Kongres membuat kegagalan perang dipikul sama-sama.
Kebijakan bersama ini mirip seperti yang dilakukan ketika Bill Clinton menjabat presiden di era 1990-an. Kebijakan Presiden George Bush junior yang tidak aspiratif di Kongres, menjadi bulan-bulanan Partai Demokrat saat menginvansi Irak, dan Afganistan pada 2000-an.
Ketika itu, Obama tampil menjadi politikus penentang serangan Gedung Putih ke dua negara tersebut. Pada pemilihan 2004, Obama menjanjikan politik luar negeri yang lebih hati-hati menyikapi situasi Timur Tengah.