REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Suriah mengatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama semakin ragu-ragu dan bingung setelah ia menunda ancaman serangan militer AS terhadap Damaskus karena menanti persetujuan Kongres.
"Presiden Obama jelas ragu-ragu, kecewa dan bingung ketika ia berbicara kemarin," kata Wakil Menteri Luar Negeri Faisal Muqdad kepada wartawan. Pernyataannya itu merupakan reaksi pertama rezim Suriah atas pengumuman Obama.
Muqdad juga mengecam pemerintah Prancis sebagai "tidak bertanggung jawab" dan menuduh pemerintahan itu mencoba untuk menipu rakyatnya sendiri untuk memperoleh dukungan atas suatu aksi militer.
"Ada pemerintah yang bertanggung jawab di Suriah tetapi tidak ada pemerintah yang bertanggung jawab di Paris, "katanya. Pemimpin politik Prancis telah memalsukan fakta dan mendukung organisasi seperti Alqaidah. "
"Kami percaya Presiden (Prancis) dan menteri luar negerinya menipu rakyat Prancis untuk membenarkan kebijakan yang gagal terhadap Suriah, dan mereka tidak akan berhasil," katanya kepada wartawan di Damaskus.
Setelah Obama menunda kemungkinan untuk melakukan serangan terhadap rezim Suriah sampai setelah Kongres kembali bertemu pada 9 September pasca reses musim panas, Muqdad mendesak anggota parlemen Amerika Serikat untuk menunjukkan "kebijaksanaan" dalam pemungutan suara mereka terkait aksi militer itu.
"Senjata-senjata kimia telah digunakan oleh Al-Qaeda dan orang-orang bayaran mereka berkat apa yang Turki, Arab Saudi dan negara-negara lain pasok pada teroris ini,"katanya. Pemerintah Suriah menyebut pemberontak dengan sebutan "teroris".