Jumat 06 Sep 2013 07:30 WIB

Keluarga Penjudi Rentan Jadi Korban Kekerasan di Keluarga

Red:
Berjudi
Berjudi

MELBOURNE -- Studi yang dilakukan oleh Universitas Melbourne menemukan hampir setengah dari anggota keluarga yang memiliki kebiasaan berjudi mengalami kekerasan dalam setahun terakhir. Sejumlah kerabat bahkan melaporkan mereka sangat frustasi dengan masalah judi  yang mereka hadapi dan kerap mengalihkannya menjadi penderitaan anak-anak.

Professor Alun Jackson mengatakan ini merupakan studi pertama  di dunia yang membahas masalah tersembunyi ini dan berhasil mengungkapkan kaitan kuat antara masalah judi dengan kekerasan didalam keluarga. "Ini bukan Cuma soal pasangan, tapi ini melibatkan lingkaran keluarga yang lebih besar, masalah ini ikut melibatkan orang tua, mertua, dan juga saudara kandung," kata Professor Jackson.

Studi ini mewawancarai 120 orang yang mengeluhkan persoalan kebiasaan berjudi di keluarga mereka.

Dan hasilnya terungkap hampir setengah dari responden mengaku telah terjadi kekerasan di dalam keluarga mereka selama setahun terakhir.

Professor Jackson mengatakan frustasi yang dialami para kerabat penjudi meningkat. 1 diantara 5 dari mereka mengaku pernah mengalaminya, kadang karena melawan penjudi itu sendiri, diwaktu yang lain kekerasan dilakukan terhadap anak-anaknya. "Kasus ini menggambarkan pengaruh buruk dari masalah judi yang problematic tidak hanya dialami pasangannya atau keluarga inti tapi juga dialami oleh lingkaran keluarga yang lebih luas. Misalnya  ibu yang memiliki masalah judi akan dianiaya oleh pasangannya yang pada akhirnya akan menggantikan kekerasan yang dialaminya dengan melakukan hal serupa kepada anaknya,'' katanya.

Professor Jackson mengatakan selama berlangsungnya studi ini peneliti melakukan wawancara kerap  dikejutkan dengan bahaya yang ditimbulkan. "Bagi sebagian orang mungkin itu hanya kekerasan fisik, tapi yang memprihatikan bagi kami adalah membayangkan bagaimana rasanya hidup dibawah ancaman kekerasan setiap harinya," ungkapnya.

Professor Jackson mengatakan ketika keluarga memiliki masalah mengunjungi Pusat Layanan Bantuan Australia mereka tidak diberikan pertanyaan yang tepat dan petugas layanan gagal mencegah anggota keluarga tersebut saling menyakiti satu sama lain.

Hasil studi ini telah dipublikasikan di Jurnal Judi dan Kesehatan Publik Asia dan merupakan bagian dari proyek yang lebih luas di Australia, Selandia Baru dan Hong Kong.

Proyek ini direncanakan akan berlanjut hingga Juni tahun depan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement