Jumat 06 Sep 2013 15:06 WIB

Perang Isu Jelang Pemilu Australia

Rep: Hannan Putra/ Red: Citra Listya Rini
Pemilu Australia
Pemilu Australia

REPUBLIKA.CO.ID, Sebanyak 14 Juta warga Australia akan menyalurkan suaranya lewat pemilu yang diselenggarakan besok, Sabtu (7/9). Pemilu bertujuan untuk memilih anggota Parlemen Tingkat Atas dan Parlemen Tingkat Bawah. 

Bagi warga Australia yang tinggal di luar negeri, pemungutan suara telah dilakukan dua pekan lebih awal atau sejak 26 Agustus 2013 lalu.

Partai Liberal dan Partai Buruh disebut-sebut sebagai partai terkuat. Partai Liberal mendapat dukungan rakyat karena konsen mengangkat isu-isu ekonomi yang memang menjadi perhatian masyarakat Australia. 

Pengamat politik setempat menilai Partai Liberal dianggap lebih menguasai persoalan ekonomi dibandingkan Partai Buruh. Setelah jatuhnya Julia Gilard dari kursi perdana menteri, Partai Buruh elektabilitasnya menurun.

Banyak pihak menilai isu gender melatarbelakangi penggulingan tokoh perempuan tangguh itu. Kendati memang isu gender dalam politik Australia juga tidak akan menjadi satu-satunya hal yang membuat Gillard terguling.

Saat ini, yang terus menjadi sorotan publik adalah Perdana Menteri (PM) Australia Kevin Rudd dan penantang utamanya Tony Abbott. Keduanya saling menyerang satu sama lain dalam berbagai isu. 

Tidak hanya isu dalam negeri, mengenai kondisi luar negeri juga menjadi perhatian keduanya. Seperti sikap Australia mengenai Suriah.

Pekan lalu, Rudd sempat mendebat pernyataan Abbott yang melontarkan pernyataan bahwa perang saudara yang terjadi di Suriah adalah perlawanan antara si jahat dan sijahat. Artinya, baik pihak pemerintah Bashar Al Ashad maupun kelompok oposisi sama-sama penjahat di mata Abbott.

Rudd mengatakan pernyataan tersebut merupakan bukti ketidakfahaman Abbott dengan perpolitikan luar negeri. Bagaimana mungkin sosok terkemuka di Australia bisa melontarkan statmen seperti itu. Sikap Abbott itu ia nilai seperti tokoh film koboi John Wayne yang sempat populer di era 1950an.

"Hubungan internasional lebih kompleks dibandingkan film John Wayne di era 1950-an. Maksud saya, terakhir kali saya menggunakan istilah si jahat dan si baik adalah ketika masih bermain "cowboy melawan Indian" di halaman belakang rumah saat masih berusia 10 tahun," kata Rudd seperti dikutip AFP.

Sebaliknya, Abbott, juga menyerang Rudd yang ia nilai belum berkompeten di bidang politik. Terkait isu Suriah, Abbott menilai pernyataan yang dilontarkan Rudd adalah bentuk kekhawatiran dari sebuah pemerintahan yang dianggap terlalu putus asa menghadapi kondisi yang terjadi saat ini.

Namun, tidak seluruh partai mengusung isu-isu penting seperti partai Buruh dan partai Liberal. Dari 54 partai yang akan bertarung, ada juga partai gurem yang hanya konsen soal isu domestik. 

Bahkan, ada partai yang hanya mengangkat isu yang sangat spesifik seperti Partai Seks, Partai Hentikan Partai Hijau, Partai Hak Perokok, Partai Kereta Peluru, dan Partai Bantu Akhiri Larangan Ganja. 

Mungkin sebagai pemilih akan geleng-geleng kepala dengan adanya partai tersebut. Seperti dikutip dari laman resmi mereka di internet, Partai seks mengusung perjuangan untuk melegalisasi ganja, memperjuangkan hak euthanasia hingga pernikahan sesama jenis. 

Soal pernikahan sesama jenis, memang marak dibahas di Australia. Negara liberal tersebut terus mengangkat isu ini hingga ke tingkat pemerintahan. Bahkan, Rudd yang sekelas perdana menteri pun pernah tergoda untuk mendukung ide gila ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement