CANBERRA -- Sejumlah pengamat menilai ada beberapa kebijakan yang pernah dijanjikan oleh Tony Abbott untuk dicermati. Kedua masalah itu masih berhubungan dengan soal pencari suaka dan impor daging sapi.
Ada dua masalah yang pernah disinggung oleh Tony Abbott sebelum ia menjadi perdana menteri, yakni soal pencari suaka dan sapi.
Tony Abbott pernah mengungkapkan janjinya untuk peningkatan perdagangan hewan ternak dengan Indonesia. Dalam janjinya, ia mengatakan upaya pertama yang dilakukan saat ia menjadi perdana menteri adalah meminta maaf kepada pemerintah Indonesia karena pernah membatasi ekspor sapi ke Indonesia.
"Hal pertama yang akan kita lakukan adalah mencoba dan memulai kembali perdagangan sapi ke Indonesia. Saya akan menjamin bahwa dalam beberapa minggu setelah Tony Abbott terpilih jadi Perdana Menteri, Julie Bishop sebagai Menteri Luar Negeri, kami akan ke Indonesia,"
Sementara, untuk soal pencari suaka, Tony Abbott juga pernah menyatakan bahwa kubu koalisi akan menganggarkan 420 juta dolar Aus untuk membayar warga Indonesia yang mau memberikan informasi tentang pencari suaka, selain juga akan membeli kapal yang akan disewa para pencari suaka.
Rencana ini mendapat reaksi keras dari sejumlah pengamat hubungan luar negeri di Indonesia, salah satunya adalah Hikmahanto Juwono dari Universitas Indonesia.
Menurutnya Juwono, rencananya itu hanya mengajari warga Indonesia, terutama yang tinggal di pesisir pantai akan menjadi mata-mata. Ia juga menyebut rencana kebijakan yang disampaikan Abbott tidaklah akan baik dalam menjaga hubungan dengan Indonesia.
“Karena ini masalah antara negara, tapi Abbott seolah menyampaikan kepada rakyatnya bahwa dengan uang yang 420 juta itu bisa menyelesaikan masalah pencari suaka,” nilai Juwono.
Sementara itu, pengamat Hubungan Internasional, Evi Fitriani, yang juga lulusan Australia National University (ANU) mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah pas dengan gaya kepemimpinan Partai Buruh.
"Kita tahu kalau Partai Liberal dan Koalisi itu memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat. Tapi beberapa waktu lalu, Abbott juga mengaku kalau Jakarta dan Beijing sama pentingnya seperti Washington DC dan London," ujar Evi.
Menurut Evi, di satu sisi Australia ingin tetap bersekutu dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, tetapi juga telah menganggap Asia sebagai potensi sekutu terdekatnya.
"Mungkin saja kebijakan luar negerinya berbeda dengan kebijakan yang dimiliki oleh pemimpin Partai Liberal sebelumnya,"
"Tetapi ini baru sekedar janji, kita lihat saja nanti."
Sementara itu, Tantowi Yayha, anggota Komisi DPR Bidang Luar Negeri juga mengatakan hal serupa soal kenyamanan berhubungan dengan Kevin Rudd. "Tetapi kami akan tetap menghargai siapapun yang menang dan dipilih oleh rakyat Australia," tegasnya.
Soal pencari suaka, Tantowi Yahya berharap kalau Indonesia lebih banyak diajak soal mengatasi masalah pencari suaka. "Jangan sampai Indonesia hanya menjadi yang dirugikan soal ini. Bagaimanapun sesuai dengan perjanjian yang ada, kita semua harus duduk bersama untuk berunding."
Ia juga meminta agar Australia tidaklah malah menambah masalah baru soal pencari suaka. "Saya harap Tony Abbott akan memulai lembaran baru dalam menjalani hubungan dengan Indonesia, dan selalu aktif mengajak Indonesia untuk berunding," ujar Tantowi.