REPUBLIKA.CO.ID,RIO DE JANEIRO -- Hari kemerdekaan Brasil diwarnai oleh kerusuhan dan aksi unjuk rasa. Para pengunjuk rasa mengganggu perayaan hari kemerdekaan di Brasil dan menuntut pelayanan publik yang lebih baik serta dihapuskannya korupsi.
Seperti dikutip BBC, di Rio de Janeiro, sekitar 200 pengunjuk rasa terganggu diadakannya parade militer setiap tanggal 7 September dan meneriakkan slogan anti-pemerintah.
Mereka bentrok dengan polisi, yang melemparkan gas air mata dan menangkapi puluhan orang. Terjadi juga bentrokan lanjutan di ibu kota Brasilia, di mana Presiden Dilma Rousseff memberikan pidato. Presiden Brasil mengatakan "masih banyak yang harus dilakukan" di Brasil dan ada "masalah yang mendesak untuk diatasi dan penduduk memiliki hak untuk menuntut perubahan."
Tapi dia juga mengatakan negara itu telah "berkembang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir."
Menjelang penyelenggaraan Piala Dunia pada 2014 mendatang, Brasil memang dilanda banyak protes yang berujung kekerasan. Beberapa diantara mereka meminta perbaikan pelayanan publik dan diturunkannya harga tiket transportasi. Presiden Rousseff sempat meluncurkan paket reformasi untuk meredam unjuk rasa anti-pemerintah.
Upacara kenegaraan berlangsung tanpa terjadi insiden, tetapi ratusan demonstran kemudian bentrok dengan polisi di luar gedung Kongres. Demonstran juga mencoba menyampaikan aspirasi mereka di luar stadion Mane Garrincha menjelang pertandingan persahabatan antara tim sepak bola Brasil dan Australia.
Polisi kemudian menghentikan pawai yang berubah menjadi kekerasan ini dan menangkap sekitar 50 orang.