REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Bentrokan antara pasukan Filipina dan militan Muslim memasuki hari kedua dengan laporan puluhan warga sipil terjebak atau ditahan oleh militan. Sedikitnya enam orang tewas dalam kekerasan, Senin (9/9) di Zamboanga, Mindanao, selatan Filipina. Tembakan masih terdengar di zamboanga pada Selasa (10/9) pagi.
Warga sekitar melarikan diri dari wilayah tempat bentrokan terjadi. Bentrokan terjadi saat faksi dari gerakan Front Nasional Pembebasan Moro (MNLF) bergerak ke kota pada Senin pagi. Anggota MNLF ingin mengibarkan bendera di atas gedung kota Zamboanga. Belum ada kejalasan jumlah orang yang terjebak dan ditahan oleh militan.
Juru bicara MNLF mengatakan, pasukannya menahan 35 sandera. "Kami menyandera mereka di sisi jalan sehingga pasukan tidak akan menembak kami ketika mereka melihat kami," ujarnya dikutip BBC, Selasa.
Sementara itu, Gubernur Zamboanga Isabelle Climaco-Salazar mengatakan sekitar 170 warga sipil ditahan. Polisi Zamboangan memperkirakan ada 300 sandera yang terjebak dalam bentrokan. Sedikitnya lima orang bebas pada Selasa pagi setelah ada negosiasi.
"Mereka memaksa kami untuk pergi dengan mereka semalam, mengatakan mereka tidak tahu jalan," ujar salah satu perempuan setelah dibebaskan. Ratusan orang telah dievakuasi dari rumah mereka pada Senin malam ke stadium olahraga setempat.