Selasa 10 Sep 2013 20:24 WIB

Israel Ragukan Usulan Rusia Soal Senjata Kimia Suriah

Jasad korban serangan senjata kimia di Ghouta, Suriah, Rabu (21/8).
Foto: AP/Shaam News Network
Jasad korban serangan senjata kimia di Ghouta, Suriah, Rabu (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Presiden Israel, Shimon Peres, Senin malam (9/9) menyampaikan keraguannya mengenai usul Rusia untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional guna menghindari serangan pimpinan AS yang mungkin dilancarkan ke Suriah.

''Usul tersebut bermasalah sebab Pemerintah Suriah tak bisa dipercaya,'' kata Peres dalam acara untuk memperingati ulang tahun ke-50 berdirinya Dewan Pers Israel.

Menteri Urusan Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, sebelumnya mengatakan usulan Rusia yang menyarankan senjata kimia Suriah diserahkan kepada pengawasan internasional patut diteliti dan dapat diterima berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Fabius mengatakan Presiden Suriah, Bashar Al Assad, nantinya harus secepatnya menyerahkan simpanan senjata kimianya kepada masyarakat internasional dan mengizinkan semua senjata itu dimusnahkan.

Operasi itu harus dilakukan dengan resolusi Dewan Keamanan yang menetapkan konsekuensi tegas kalau ia gagal memenuhi komitmennya.

Diplomat senior Prancis tersebut menyatakan para pelaku serangan pada 21 Agustus mesti dihukum dan harus diseret ke Pengadilan Pidana Internasional untuk menghadapi hukuman atas kejahatan mereka.

Presiden AS, Barack Obama, juga menyambut usulan Rusia untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pemantauan internasional. Obama mengatakan itu adalah perkembangan yang berpotensi positif dan dapat mengarah kepada "terobosan" dalam krisis di negara Arab tersebut.

Namun, Peres tidak mempercayai usulan Rusia tersebut. "Pemerintah Suriah telah memperlihatkan mereka tak bisa dipercaya dan kita tak bisa mengandalkan integritas mereka," katanya sebagaimana dikutip dalam satu pernyataan yang disiarkan oleh kantor presiden Israel dan dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa (10/9) malam.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement