Kamis 12 Sep 2013 18:54 WIB

Turki Kembali Diguncang Unjuk Rasa Antipemerintah

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Heri Ruslan
Bendera Turki
Bendera Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Demonstrasi dan bentrokan memasuki hari ketiga dan menjalar ke beberapa kota di Turki. Unjuk rasa antipemerintah ini dipicu tewasnya seorang mahasiswa berusia 22 tahun di Kota Hatay.

Di kota Hatay, dikutip dari Al Jazirah, yang disebuah provinsi yang berbatasan langsung dengan Suriah, 200 pengunjuk rasa bentrok dengan polisi. Polisi yang diserang kemudian membalas dengan menembakkan gas air mata dan meriam air.

Selain itu protes juga menyebar ke beberapa kota, seperti bentrokan yang yang terjadi di Ankara dan Istanbul. Bentrokan yang terjadi Kamis dini hari ini menyebabkan beberapa orang cedera.

Polisi pun menahan sejumlah pengunjuk rasa.Kematian Ahmet Atakan, pemuda berusia 22 tahun ini, Ahad kemarin memicu gerakan protes yang sebelumnya sempat mereda. Ia tewas ketika mendukung mahasiswa yang memprotes pembangunan jalan melalui Middle East Technical University (ODTU).

Ia tewas di kawasan Armutlu Antakya ketika melakukan aksiHingga kini penyebab tewasnya Atakan masih simpang siur. Saksi mengatakan ia dipukul polisi, sementara aparat menyebut ia tewas karena jatuh dari atap.Menteri Dalam Negeri Turki, Muammer Guler, mengatakan pemrotes mencoba menggunakan berita kematian untuk menyebarkan kekacauan.

 ''Gambar yang disiarkan di televisi, menunjukkan polisi tak melakukan intervensi..dan ia jatuh dari ketinggian,'' tutur dia di Ankara, dikutip dari Al Jazirah, Rabu (11/9).

Selain di Istanbul, Hurriyet Daily News melaporkan, protes juga terjadi di Kadikoy dimana juga terjadi bentrokan dengan polisi. Puluhan petugas anti huru hara dikerahkan dengan langsung menembakkan gas air mata dan meriam air.

Beberapa demontran membentuk barikade dengan tong sampah dan membakarnya di Alun-Alun Bahariye. Pengguna sosial media menampilkan gambar demonstran akibat serangan polisi.

Mereka juga menyerukan perawatan medis bagi para korban. Protes mengecam kematian Atakan semenjak 10 September adalah yang terbesar sejak Juli lalu. Pada bulan Juni, ratusan ribu rakyat Turki turun ke Jalan meminta pemerintah yang dipimpin Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan untuk mundur.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement