REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW-- Rusia pada Kamis (12/9) memperingatkan potensi "bencana buatan manusia" jika Korea Utara nekat mengoperasikan kembali reaktor plutoniumnya yang sudah tua untuk meningkatkan persediaan senjata nuklir. Rusia menyatakan sikap setelah para pakar AS melihat munculnya uap dari fasilitas Yongbyon.
Reaktor yang selesai dibangun pada 1986 itu sudah ketinggalan zaman dan Korea Utara bisa dilanda bencana besar jika reaktor tersebut dioperasikan kembali, kata sebuah sumber diplomatik kepada kantor berita Interfax.
Peringatan tersebut muncul setelah peneliti pada Institut AS-Korea pada Rabu (11/9) mengatakan bahwa gambar satelit yang diambil pada 31 Agustus menunjukkan adanya gumpalan uap putih muncul dari bangunan di sebelah reaktor.
"Keprihatinan kami yang utama adalah kemungkinan besar ada konsekuensi bencana buatan manusia. Reaktor itu berada dalam kondisi mengerikan, ia dirancang pada tahun 1950an," kata sumber dari Rusia tersebut. "Bagi semenanjung Korea, ini bisa menimbulkan konsekuensi buruk, kalau tidak ingin menyebut bencana buatan manusia."
Sementara itu utusan khusus AS untuk Korea Utara mengatakan laporan mengenai dioperasikannya kembali reaktor itu akan menjadi "satu langkah salah Korut."
"Jika laporan ini benar bahwa Korea Utara telah mengoperasikan kembali reaktor plutonium lima megawatt, itu menjadi hal serius," kata Glyn Davies setelah bertemu dengan pejabat kementerian luar negeri Jepang di Tokyo. Diplomat Rusia yang berbicara kepada Interfax mengatakan ia tidak yakin apakah Korut telah meluncurkan fasilitas mothballed pada 2007.
"Jelas bahwa sejumlah aktivitas sudah dilakukan, dan dalam jangka lama. Melihat beberapa pertanda, langkah-langkah sudah dilakukan untuk mengoperasikannya kembali," kata diplomat itu. "Kami tidak mempunyai informasi bahwa reaktor itu sudah dioperasikan."
Gambar yang diamati oleh para peneliti di Institut AS-Korea menunjukkan bahwa Korut " terlihat telah mengoperasikan reaktor itu," peneliti Nick Hansen dan Jeffrey Lewis menulis dalam blog institut tersebut, 38 North. Namun uap putih yang terekam oleh satelit "mungkin hanya pengujian generator saja," lanjut diplomat tersebut.
Badan Energi Atom Internasional mengatakan belum bisa memastikan apakah reaktor itu telah dioperasikan kembali karena Korut sejak 2009 melarang tim pemeriksanya masuk. "Kami mencermati laporan media," kata jurubicaranya Gill Tudor.
Pengoperasian kembali reaktor plutonium dicemaskan akan merusak upaya bertahun-tahun yang dilakukan masyarakat internasional untuk memperlambat langkah Korut mewujudkan peralatan nuklir yang canggih.